literatur perikanan

PERKEMBANGAN IKAN

Secara umum yang dimaksud dengan ikan adalah hewan vertebrata yang berdarah dingin yang hidup di air, perkembangan dan keseimbangan menggunkan sirip pada umumnya bernapas dengan insang sedangkan ilmu pengetahuan yang membahas tentang ikan dan segala aspek yang berhubungan dengannya adalah Ikhtiologi (Ridwan, 1980).

Ikan adalah hewan yang bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal) dimana hidupnya dilingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan menggunakan sirip serta pada umumnya bernafas dengan insang. (Raharjo, 1980).

Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21000 spesies dan diperkirakan berkembang mencapai 28000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173 spsies(NELSON, 1984).

Para Ahli memperkirakan ada sekitar 20.000 spesies malahan ada yang menduga sampai 40.000 spesies ikan yang mendiami permukaan bumi, menurut Lagler et al (1977) persentase masing-masing kelompok dalam vertebrata sebagai berikut: Pisces (48,1%), Aves (20,7%), Reptilia (14,4%), Mammalia (10,8%) dan Amphibia (6%). Ikan merupakan salah satu organisme yang termasuk kelompok vertebrata yang beraneka ragam dan mendominasi kehidupan air di permukaan bumi.

Ikan adalah salah satu diantara organisme pada kelompok vertebrata dan yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan di air seluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang berhasil dicatat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan akan berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah ikan yang hidup dimuka bumi adalah 21.723 spesies (Nelson, 1984)

Nelson (1984) memperkirakan bahwa jumlah spesies ikan yang hidup dimuka bumi ini adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada di perkirakan sekitar 43.173 spesies. Namun hal demikian harus dimaklumi bahwa penemuan spesies ikan baru terus berlangsung setiap tahun, dan jauh lebih cepat dibandingkan dengan penemuan spesies hewan lain, seperti bangsa burung atau hewan vertebrata lain (Davi dan Chounard, 1980).

Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal abad dari sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga pada daging-daging hewan ternak. Daging ikan mudah dicerna dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20%, sedangkan 50-80% berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin terutama hatinya. Vitamin tersebut dapat diperoleh dari plankton secara langsung maupun tidak langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa ¾ dari permukaan bumi tertutup dari lautan dan banyak perairan tawar yang dihuni bermacam-macam ikan (Djuanda, 1981).

Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar. Jumlah spesies ikan yang tercatat di daerah Riau diperkirakan mencapai tiga ratus spesies ikan. Dari jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai dasar pengklasifikasian (Manda et al, 2005).

Dalam pereairan Indonesia yang sangat luas ini mengandung ± 6000 jenis ikan yang belum teridentifikasi dan ini merupakan Sumberdaya hayati perikanan yang potensial bila dikelola secara maksimal. Tanpa menggangu kelestarian sumberdaya tersebut sehingga akan memberikan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan masyarakat (Effendie, 1979).




Usaha perikanan

Usaha perikanan yang ada di Indonesia merupakan perpaduan antara usaha perikanan darat dan perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein yang paling murah dibanding dengan sumber protein yang lainnya seperti telur, susu dan daging (DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS, 1996/1997).

Luas perairan umum Riau adalah 62.648,53 Ha, terdiri dari luas perairan umum Indragiri Hilir 2.600 Ha, luas perairan umum Indragiri hulu 33,164 Ha, luas perairan umum kuansing singingi 23.086 ha, luas perairan umum Pekanbaru 85 Ha, luas perairan umum Siak 764 Ha, luas perairan umum Bengkalis 70 Ha, dan luas perairan umum Kampar 2.795,99 Ha (DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001).

Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, siak, Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan (YUNIARTI, 2000).

Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (EVY, MUJIANTI dan SUJONO, 2001).

Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan dan luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta Km² atau sektar 81% dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha. Yang terdiri dari rawa, sungai sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan hal ini merupakan potensi yang sangat bagus pengembangan usaha perikanan. (Nazaruddin, 1993).

Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara samudra pasifik dan samudra hindia dan mempunyai tatanan geografis yang rumit dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di berbagai tempat, terutama di kawasan barat, menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata dan hampir seragam, tetapi di tempat lain, terutama dikawasan timur, menunujukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk tidak teratur dan rumit (Feliatra et al, 2003)

Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateraling sebelum ikan terkait atau terjerat pada jaring (KLUST, 1987). Semakin kabur suatu benda bagi mta ikan berarti kemampuan mata ikan untuk menangkap kekontrasan benda itu terhadap latar belakang semakin berkurang. Selanjutnya dijelaskan bahwa faktor penglihatan itulah yang paling penting yang menyebabkan ikan menghindar atau menubruk alat penagkapan (GUNARSO, 1985). Untuk itu bahan gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin.

Mengingat sangat mendesaknya kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari ikan, maka sudah seharusnya memanfaatkan sumber-sumber hayati perairan yang ada dan dimanfaatkan semaksimal mungkin karena akan dapat menunjang perluasan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nelayan dan perbaikan gizi masyarakat. Potensi perikanan tidak ada artinya, apabila tidak dimanfaatkan secara optimal dengan usaha perencanaan yang baik. Untuk itu diperlukan adanya suatu perencanaan suatu produksi yang diinginkan dengan potensi yang ada, demi kelestarian sumberdaya perikanan. (Arsal, 1984).

Untuk memenuhi kebutuhan akan protein maka perlu di kembangkan usaha dalam sektor perikanan, Syamsudin (1980) mengatakan perikanan merupakan daya upaya manusia untuk menggali sumber daya hayati perairan guna dimanfaatkan bagi kepentingan dan memenuhi kebutuhan manusia baik itu dari perairan laut maupun perairan umum. Dan usaha perikanan rakyat mencakup penangkapan serta budidaya. Salah satu hasil perikanan tangkap adalah ikan biji nangka (Upeneus mullocensin) yang biasanya terdapat didaerah perairan pantai dan perairan daerah pelagic. Ikan ini mempunyai bentuk fisik yang hampir sama dengan ikan merah tetapi mempunyai ssepasang sungut dan dua sirip punggung.

WARDOYO (1981), mengemukakan bahwa suhu air merupakan faktor yang cukup penting bagi lingkungan perairan, kecerahan dan kekeruhan. Setiap spesies atau kelompok mempunyai batas toleransi maksimum dan minimum untuk hidupnya. Kenaikan suhu akan menyebabkan naiknya kebutuhan oksigen untk reaksi metabolisme dalam tubuh organisme

HAMIDY et al., (1983), menyatakan bahwa kecepatan arus merupakan parameter kualitas air yang penting karena parameter ini dapat mempengaruhi parameter lingkungan yang lainnya. Parameter lingkungan yang dipengaruhinya antar lain kandungan oksigen terlarut, karbondioksida bebas, suhu dan jumlah makanan. Arus juga memegang peranan penting dalam menentukan tingkat suatu perairan.

GUNARSO (1985), menyatakan bahwa berhasilnya suatu usaha penangkapan banyka tergantung pada sejumlah pengetahuan mengenai tingkah laku ikan agar kiata dapat menemukan adanya ikan sehingga kita dapat menerapkan metoda, taktik maupun sesuatu desain alat penangkapan yang sesuai.

Sifat alat dalam menangkap ukuran dan jenis ikan tertentu dalam suatu populasi disebut selektifitas. Sifat ini terutama tergantung dari prinsip yang dipakai dalam penangkapan, tapi juga tergantung pada parameter desain alat seperti mata jaring, beban benang, materila dan ukuran benang, hanging ratio dan kecepatan menarik. Ukuran mata jaring mempunyai pengaruh yang dalam selektifitas (FRIDMAN , 1988). Ikan yang tertangkap tergantung dari besar mata jaring (DJUHANDA, 1981).

Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai salah satu bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu dimana kandungan protein yang terdapat dalam tubuh ikan lebih besar dibandingkan lemak dan abu yang mempunyai arti penting bagi manusia. Menurut Hadiwiyono (1993) daging ikan merupakan bahan biologi yang secara kimiawi tersusun oleh unsur-unsur organik yang merupakan senyawa-senyawa yang terdiri dari protein, lipid, vitamin dan enzim.

Menurut (WEBER dan BEAUFORT dalam SAANIN, 1968) telah diidentifikasi lebih kurang 4.000 jenis ikan yang tersebar diseluruh perairan Indonesia. Untuk perairan umum di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera ditemukan sekitar 500 jenis ikan air tawar yang hidup di rawa-rawa, sungai dan danau.

Widodo(1982) mengemukakan bahwa pengelolaan terhadap sumberdaya merupakan kegiatan terpadu dan terencana,dimana peningkatan serta pengadaan fasilitas tempat pendaratan dan pelabuhan ,bantuan penanaman modal berbagai kegiatan teknis seperti survey lapangan tentang potensi berbagai usaha pengembangan perikanan yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Menurut Welcome(1985) ikan periran umum khususnya daerah aliran sungaiterdapat 2 kelompok yang penting,yaitu ikan yang hidup di perairan lebak pada saat air surut(kemarau)dan periaran sungai.Untuk menentukan lokasi reservoir di perairan lebak dapat di pilih cekungan tanah yang kedalamannya cukup agar dapat pada saat musim kemarautidak mengalami kekeringan.Di sekeliling cekungan cukup banyak vegetasi yang berfungsi sebagai nursery ground bagi ikan yang berasaldari induk memijah pada musim kemarau dan musim penghujan.Selain itu,di daerah yang cukup tinggi fluktasi airnya antara musim hujan dan kemarau agar pada musim hujan ikan menyebar luas ke seluruh penjuru perairan untuk melakukan pemijahan.

.


MORFOLOGI IKAN

Ridwan, Chaidir, Budjiono dan lesje, (2006) mengatakan terminology yang menyangkut bidang (latar) dan arah pada anatomi manusia berbeda yang diterapkan pada ikan atau hewan. Terminology yang sangat baik digunakan pada ikan adalah terminology “nimina anatomica” yang dipubliksdiksn oleh “world Association of veterinary Anatomists” (1968), sebap dapat menghindari kemungkinan terjadi kerancuan dengan anatomi manusia.

Menurut Ridwan, Chaidir, Budjiono dan Lesje, (2006) sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung(D), sirip dada(P), sirip perut(V), sirip anus(A), dan sirip ekor(C). sirip punggung yang terdapat pada ikan(Kelas Chondrichtyes) disokong oleh keping-keping tulang rawan yang dinamakan tulang basal yang terletak dibagian bawah tertumpu apda cucuk Neural. Dan rawan radial yang terletak di rawan basal menunjang jari-jari keras. Sirip dada chondrichtyes disokong oleh tulang gelang bahu(pectoral girdle) yang kuat dan dinamakan coracoscapula.

Secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem integumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya (RAHARJO, 1980).

Bentuk tubuh setiap individu ikan sangat dipengaruhi oleh sistem rangka, sistem otot, dan satuan habitat dimana ikan tersebut hidup. Adapun bentuk-bentuk tubuh ikan beserta tampak lintangnya seperti: Pipih mendatar, bentuk pipih (compressed), pipih (depressed), torpedo (fusiform), bentuk ular (anguiliform), pipa (filiform), pita (taeniform), panah (sagitiform), bola (globiform) dan bentuk kepala picak, badan pipih. (Tim Iktiologi, 1989).

Manda et al (2005), Sirip pada ikan berperan dalam penentuan arah dan gerak ikan yang terdiri dari sirip punggung (D), sirip perut (V), sirip dada (P), sirip anus (A) dan sirip ekor (C). Tidak semua jenis ikan memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.

Ikan dari ordo Percomorphi mempunyai sirip perut yang terletak di bawah sirip dada, sirip punggung biasanya ada dua yang didepannya disokong jari-jari keras sedangkan yang di belakang sebagian disokong jari-jari lunak. Banyak dari jenis-jenis ordo ini terdapat di pasar seluruh Indonesia. (Djuhanda, 1981).

Manda et al (2005), sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap.

Saanin (1984) menyatakan untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan sifat-sifatnya, tanda-tanda dan bentuk serta bagian-bagian dari tubuh ikan yaitu rumus sirip, perbandingan panjang dengan tinggi, bentuk garis rusuk dan jumlah garis sisik yang meliputi garis rusuk tersebut bentuk sisik dan gigi beserta susunan tulang-tulang insang.

Saanin (1984) mengatakan bahwa untuk mengiedntifikasi ikan harus diperhatikan tanda-tanda, bentuk dan bagian dari tubuh ikan yaitu urmus mulut dan sungut yang banyak mengalami modifikasi. Oleh karena itu perbedaan ikan disebapkan oleh umur atau kadang-kadang oleh tempat hidupnya, maka tidak akan mungkin memberikan ukuran, ukuran yang diberikan adalah perbandingan saja.

Menurut Tim Iktiologi (1989), bahwa bentuk tubuh ikan bervariasi meskipun demikian mempunyai pola dasar yang sama yaitu “kepala-badan-ekor” pada umumnya bilateral simetris. Sebagai kekecualian pada ordo Plauronectiformes yang mempunyai bentuk non bilateral simetris. Dimana secara garis besar ikan yang ada di alam dikelompokkan menjadi dua yaitu Agnatha (ikan yang tidak berahang) dan Gnathostomata (ikan yang memiliki rahang). Secara umum ikan dibagi atas tiga kelas yaitu: Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes.

Cephalaspidomorphi, Condrichthyes dan Osteichthyes dimasukkan ke dalam Pisces, merupakan kelompok hewan yang sangat besar dan banyak diminati orang, sehingga kelompok hewan ini mendapat perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni iktiologi. (Romimohtarto, 2005).

PULUNGAN(1985) mengemukakan bahwa jenis-jenis ikan dari family siluridae merupakan ikan air tawar yang pada umumnya menghuni perairan sungai, anak-anak sungai maupun danau-danau ukuran kecil(bekas aliran sungai) dan sangat bersembunyi disela-sela daun tanaman air yang yang terdapat disekitar tempat hidupnya

Djuhanda (1981) mengatakan ikan-ikan siluridae tubuhnya tidak bersisik, kulitnya lebih banyak mengandung lender dan berwarna seperti warna Lumpur, kepala gepeng dank eras dengan mulut yang lebar. Disekitar mulut terdapat 1-4 pasang sungut peraba.sirip dada

mempunyai jari-jari sirip keras dan ibasanya pinggirannya bergerigi esperti gergaji. Sirip punggung pada kebanyakan ikan ada dua, yang edpan mempunyai udri tajam, seperti dada dan kedua macam duri.

HUET (1971) mengatakan pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah keturunan, ketahanan tubuh terhadap penyakit dan kemampuan untuk memanfaatkan makanan, sedangkan faktor eksternal adalah kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan bagi ikan. Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk baik panjang maupun berat sesuai dengan perubahan waktu. Selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh makanan, ruang, suhu dan beberapa faktor lainnya.



IKAN SUNGAI


1. ikan Paweh(Osteochilus hasselti)

KOTTELAT, WHITTEN, KARTIKASARI dan WIRDJOATMODJO (1993), mengklasifikasikan Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) kedalam Sub kelas Teleostei, Ordo Cypriniformes, Famili Cyprindae, Genus Barbodes.

ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih dan langsing, bilateral simetris, tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan bagian siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki sepasang sungut yang pendek terletak di sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk mulutnya subterminal, linea lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah, (KOTTELAT et.al )

Ikan-ikan yang termasuk keluarga Cyprinid nyatanya memiliki bentuk tubuh yang bervariasi beberapa jenis diantaranya tubuh berbentuk compressed seperti yang terdapat pada jenis Puntius, Osteochylus dan Amblirychicthys.ikan Cyprinidae yang memiliki jari-jari lemah yang mengeras dan bergerigi pada bagian belakangnya hanyalah ikan-ikan yang termasuk pada Genus Puntius. Jumlah gerigi itu penting artinya untuk membedakan antar spesies yang satu denga yang lainnya (PULUNGAN, 1987).

Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) dengan ciri-ciri bentuk tubuh pipih dan langsing, bilateral simetris, tubuh berwarna kekuning-kuningan sedangkan bagian siripnya berwarna kemerah-merahan, memiliki sepasang sungut yang pendek terletak di sudut mulut, kepalanya tumpul, tubuh diliputi sisik, bentuk mulutnya subterminal, linea lateralis sempurna, siripnya terdiri dari jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah, (KOTTELAT et.al).

Ikan Paweh (Osteochilus hasselti) mempunyai bentuk agak memanjang dan pipih,batang ekor separuh dari tinggi badan.Kepala kecil dan moncong tertutup rapatdan mempunyai dua pasang sungut,sisik agak besar.Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik linea lateralis yang ke sepuluh.Sirip punggung seperti tiang,jari-kari keempat kuat dan gigi ke belakang.Warna tubuh coklat kehijau-hijauan pada bagian punggung dan berwarna putih di bagian perut,sirip ekor,anus serta perut berwarna kemerah-merahan.Jari-jari disokong oleh A.7,D.17.P.9,V.9,C.19 (Delfirahim et el,1997)

2. IKAN SEPET SIAM(Trichogaster pectoralis)

Ikan sepat siam merupakan ikan yang memiliki habitat di perairan tawar.Ikan sepat siam adalah ikan yang termasuk dalam Ordo:Anabantoidea,family:belontiidae,ganus trichogaster, dan spesies Trichogaster pectoralis(Djuhanda,1981)

Ikan ini memiliki sirip punggung berbentuk sempurna,jumlah sirip unggung hanya satu,letak sirip punggung di pertengahan,permulaan sirip punggung di belakang sirip perut,hubungan sirip punggung dengan sirip ekor terpisah dengan sirip perut.Memiliki sirip perut tetapi yelah termofikasi berbentuk seperti cambuk.Posisi dasr sirip dada oblique ,di bawah linea lateralis persis di bawah sudut tutup insang ,posisi sirip perut dibandingkan dengan sirip dada sub abdominal.Sirip anus terpisah dengan sirip ekor.Bagian pangkal sirip anus diliputi sisik.D.V11.11,P.11,A.X.38,C.16,V modifikasi.

Ikan Sepat Siam(Trichogaster pectoralis) merupakan kelompok ikan yang mempunyai pernafasan tambahan berupa tulang tipis yang berlekuk-lekuk seperti buangan karang yang disebut Labirin dengan mengambil oksigen lngsung dari udara.Sebagian dapat membangun karang yang berbusa yang berguna untuk menyimpan telurnya di dalam mulut.Warna tubuh ikan ini dipengaruhi oleh jenis kelamin reproduksi dan umurnya.Sirip punggung lebih kecil dari pada sirip dubur,mempunyai 6-8 jari-jari keras dan 8-10 jari-jari lunak.Sirip duburnya mempunyai 10-12 jari-jaru keras ,33-38 jari-jari lunak.Sirip perut memiliki 1 jari-jari lunak dan 3-4 jari-jari lunak ,satu diantaranya menjadi alat peraba yang panjang seperti ijuk .Sirip dada mempunyai 9-10 jari-jari lunak .Terkadang pada bagian sirip punggung dan sirip ekor yang lunak ada bulatan hitam.(Djuhanda,1981)

3. IKAN OMPOK(Ompok hypopthalmus)

Saanin(1981) menyatakan bahwa ikan Ompok termasuk ke dalam Pisces, Sub Kelas Teleostei,Ordo Silunformes, Sub Ordo Siluroidea, Famili Silunidae, Genus Ompo dan spesies Ompo hypopthalmus

Ikan ompok merupakan ikan air tawar yang terglong dalam famili Silurudae,Jenis-jenis ikan ini udah dikenali sebagian masyarakat yang berada dikawasan Sunda plat.Akan tetapi nama yang diberikan kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal di mana jenis-jenis ikan ompok ini di dapat.(Pulungan,1985)

Ikan Ompok mempunyai cirri-ciri sebagai berikut bentuk penampang punggung agak cembung dengan bentuk penampang pungggung agak cembung dengan bentuk pipih memanjang dibedakan dari semua jenis. Kepalanya panjang 4.6 – 5.3 kali lebih pendek dari panjang standar,sungut-sungutnya memendek, kira-kira sampai setengah atau sepanjang diameter mata. Sirip dada lebih pendek dari pada kepala, rahang bawah meruncing melampaui rahang atas. Ketika mulut ditutup, sirip punggung tidak terdapat.(Weber dan Debeaufort, 1916; Saanin, 1984; Kottelat et al, 1993).

Ikan Ompok di danau merupakan salah satu jenis ikan selais yang ada di Raiu dan termasuk ikan jenis air tawar yang hidup di sungai,anak sungai dan danau(oxbow lake) yang terdapat di sekitar aliran sungai utama di daerah Riau(Pulungan et al,1985).

Ikan Ompok (Ompo hypopthalmus) merupakan ikan air tawar yang tergolong kedalam Famili Siluridae. Jenis-jenis ikan ini sudah dikenali sebagian masyakat yang berada dikawsan Sunda plat. Akan tetapi nama yang diberikan kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal dimana jemnis-jenis Ikan Ompok ini di dapat (Pulungan, 1985).

4. IKAN TILAN(Mastacembelus naculatus)

Ikan tilan (Mastacembelus naculatus) merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk dalam Ordo :Mastacembeludei,Family : Mastacembeludae,Denus : Mastacembelus,dan genus (Mastacembelus naculatus) .

Menurut Kottelat et el(1992) ikan tilan mempunyai bentuk tubuh yang panjang seperti ular,tetapi moncong berdaging besar,dan bentuk perut cembung.Pada tubuh ikan ini pita warna gelap lonjong melintang,tidak ada bercak warna pada sirip ekor.

5. IKAN PUYUH/BETOK(Anabas testudineus)

Ikan puyuh (Anabas testudineus)adalah ikan air tawar yang termasuk kedalam Kelas Teleufei,Ordo Labyrinthisi (SAANIN 1984) , Atau perciformes (KOTTELAT et al, 1993).Famili Anabantidae, Genus anabas, Pol dan Species Anabas tustidineus (KOTTELAT et al, 1993).

Ikan puyuh termasuk kedalam kingdom animalia, Phylum Chordata, Kelas pisces, Ordo Labyrinthisi, Famili Anabantidae, Genus Anabas dan Spesies Anabas testudineus(SAANIN, 1968).

6. IKAN SUBHAN(Puntius bulu)

Menurut Saanin(1981) ikan Subhan dapat diklasifikasikan ke dalam Kelas Pisces ,Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub Ordo Cyprinidea , Famili Cyprinidae, Sub famili Euprininae, Genus Puntius dan spesies Puntiua bula.

Ikan Subhan mempunyai bentuk tubuh pipih compressed, panjang,mulut terminal dan protractile , tidak bersungut dan mulut sempit ,garis linea lateralisnya sempurna ,sisik halus ,bentuk sisik cycloid , dan terdapat noktah pada batang ekor.(Kottelate et el ,1993)

Hutaoea(1992)menyatakan bahwa ikan subhan memiliki ciri-ciri termasuk agnayha ,Kelas Osteichtyes,bentuk tubuh bilateral simetris,pipih compressed ,kepala bersisik,posisi mulut terminal.Teerdapat sepasang lubang hidung,mata terletak di sisi kanan dan kiri,mempunyai tutup insang , mempunyai squama ,mempunyai tutup insang,banyak sirip punggung,dada ekor dan anus.

7. IKAN MOTAN(Thynnchtyys valianti)

Saanin (1984) mengklasifikasikan ikan motan sebagai berikut : Ordo Cypriniformes, Sub Ordo Cypriniodei,Famili Cyprinidae, Genus Thynnchtyys dan spesies Thynnchtyys valianti.Ikan motan dikenal dengan nama Kendie, Menanngin, Lambak, Ringan, Lumoh dan Pingan.

Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa jenis dari ikan ini adalah ukuran panjang tubuhnya lebih besar dari pada tinggi tubuhnya,badannya ditutupi oleh sisik cycloid dan ctenoid ,sirip ekor bercagak dua, bentuk tubuhnya bilateral simetris ,mulutnya sempit yang terletak di ujung depan depan kepala atau agak ke bawah,moncongnya dapat di tonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang terbagi dua bagian, di mana bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.

8. IKAN LOMEK

Ikan Lomek memiliki bentuk tubuh yang memanjang ,berkepala simetris,tidak bersisik ,memiliki alat pernafasan tambahan.Bagian depan badannya terdapat penampang yang membulat sedang bagian tengahmya dan belakang berbentuk pipih.Alat pernafasan tambahan terdapat di bagian kepala di dalam rongga yang di bentuk oleh dua pelat tulang kapak.Insangnya berukuran kecil dan terdapat di bagian kepala bagian belakang.Sirip ada 5 jenis yaitu sirip dada,punggung,anus ,ekor danperut.Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang dengan ujung meruncing.(Najiyati ,1997)

9. IKAN KATUNG(Peristolepis grooti)

Saanin (1981) mengklasifikasikan Ikan Katung sebagai berikut : Ordo Labyrintichi , Genus Peristolepis , dan spesies Peristolepis grooti .Ikan Katung mempunyai ciri-ciri diantaranya badan berbentuk lonjong ,bibirnya dapat ditonjolkan ke depan (prortactile), badan dan kepala bersisik kasar ,mata terletak sedikit ke atas dari sudut mulut(Djuhanda 1981).

10. IKAN SIPAKU(Cyclocheilichthys opogon)

Ikan sipaku (Cyclocheilichthys opogon) termasuk ke dalam Kelas Pisces,Ordo Cypriniformes, Family Cyprinadae,Genus Cyclocheilichthys dan spesies Cyclocheilichthys opogon (Kottelate et al,1993)

Di beberapa daerah ikan sipaku dikenal dengan nama Bebras, Lawak, Lelawat, Genggehe, Redang, dan Bungut punduk(Saanin,1984).Ikan sipaku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:kepala berkenyut berurat syaraf, bagian atas kepala berbentuk cekung, mulut mengarah ke bawah, tidak bersungut, jari-jari keras sirip berggig-gigi,antara garis rusuk dan sirip pungggung 5-5,7 baris sisik,panjang kurang dari tiga kali tinggi,pangkal sirip biasanya berbintik hitam,ikan yang masih hidup irisnya berwarna merah darah dan sirip berwarna merah pucat.Permulaan sirip dorsal di posterior sedikit berbanding dengan permulaansirppelvis.Spina sirip dubur yang ketiga lembut,batang ekor dikelilingi 16 sisik,titik hitam pada pangkal sirip ekor terdapat bariasan titik hitam di sepanjang barisan sisik .Ikan ini memiliki ukuran 7-20 cm.

11. IKAN LELE DUMBO(Clarias gariepenus)

Menurut Weber dan Beafort(dalam Simanjuntak dan Waluyo,1989) klasifikasi ikan lele dumbo adalah sebagai berikut Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei,Ordo Ostariophysii,Family Clariidea,genus Clarias dan spesies Clarias gariepenus.Ikan lele dumbo dikenal juga sebagai gian cat fish karena bentuknya besar dan panjang.

Suyanto(1992) menyatakan bahwa ika lele dumbo (Clarias gariepenus) merupakan salah satu jenis ikan lele yang merupakan hasil kawin silang antara induk lele jantan asal Kenya(Clarias mosambicus).Pada mulanya nama ilmiah ikan lele dumbo adalah Clarias fuscus dan kemuduan diganti menjadi Clarias gariepenus.Penggantian nama ini berdasarkan atas sifat-sifat ikan jantan yang dominan diturunkan pada anaknya.Dari hasil penyilangan ini ternyata keturunan ikan lele yang dihasilkan ternyata mempunyai sifat-sifat yang unggul.

12. IKAN BETUTU

Klasifikasi ikan Betutu adalah: kelas teleostoi, ordo: perciformes, sub ordo: Gudidae, genus: oxyeleotris, species: oxyeleotris marmorata. Ikan betutu memiliki cirri-ciri ekor bundar mulut superior kepala picak mempunyai garis linea lateralis (kottelat et al, 1993.)

13. Ikan gurami

Ikan gurami memiliki bentuk tubuh pipih dan lebar dimana tinggi badannya lebih dari setengah kali panjang tubuh, sirip punggung panjang, terdiri dari 12-13 jari-jari lemah, sirip dubur terdiri dari 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut satu jari-jari keras dan dua diantara jari-jari lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada terdiri dari 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai dari pangkal kepala sampai kepangkal ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik(Kottelat et al,1993). Ikan gurami merupakan ikan yang suka berdiam diperairan yang tenang dan dalam seperti rawa, danau, dan waduk. Selain diperairan tawar, ikan gurami dapat juga hidup diperairan payau yang kadar garamnya rendah(susanto,1987),

Ikan Gurami menyukai keadaan perairan yang sedikit hangat yang biasanya terletak pada ketinggian 150-750 meter dpl.Kisaran temperatur 25-30ºC dan pH netral(Susanto,1987).Bentuk tubuh compressed,osteichtyed ,bentuk kepala tumpul,mulut terminal ,lubang hidung dua pasang(dirhinous),mempunyai tutup insang, dan lonjong agak tebal,bibirnya dapat ditonjolkan ke depan,badan dan kepala bersisik keras-keras, warna tubuh putih kehijauan dan mengkilat waktu terkena matahari,matanya terletak sedikit keras dari sudut mulut gurat sisi sempurna serta makanan utamanya berupa tumbuh-tumbuhan.

14. ikan Ingir ingir(makrorer nigriceps)

Bentuk mulut pada ikan ini nonprotactile, ukuran mulutnya sempit posisi sudut mulut tegak lurus atau sedikit dibelakang bola mata, keuda rahang bibir tidak berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah, bentuk bibir tidak bergerigi, ukuran sungut mencapai batang ekor, rostrum ujungnya tumpul jumlah sungut pada rahang atas dua pasang dan pada rahang bawah juga dua pasang.

Manda et el,(2005) mengatakan bahwa mulut dan sungut pada ikan terdapat di bagian anterior kepala dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkunan hidup di lingkungannya di mana ikan-ikan itu berada.Sungut pada ikan bergungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makan.

15. ikan kapiek(Puntius schwanefeldi)

Klasifikasi ikan kapiek yaitu Ordo Ostariophyshi, family cyprinidae, genus Puntius, spesies puntius schwanepeldi(Kottelate et al,1993).

Cirri-ciri ikan kapiek adalah bentuk tubuh simetris bilateral, bentuk tubuh pipih(compressed), bubir atas tidak terpisah dengan rahang bawah. Mulut protactile, mempunyai sepasang lubang hidung.(SAANIN, 1984)

Secara umum ikan Kapiek dijumpai pada kedalaman 1,0 – 4,0 m, suhu antara 25 – 30 oC, kecerahan antara 40 – 120 cm, pH berkisar 5 – 7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat – tempat yang merupakan lubuk. Hidup pada dasar perairan berpasir Lumpur dan ditempat – tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air (Pulungan, 1987).

Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi Blkr) termasuk spesies ikan air tawar penghuni daerah tropis yang hidup di perairan sungai, danau dan rawa. Penyebarannya meliputi negara – negara India, Srilangka, Malaysia dan Indonesia. Sedangakan di Indonesia ikan ini telah lama ditemukan di Sumatera dan Kalimantan Barat ( Weber and de Beafourt, 1961).

Ikan Kapiek dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Puntius, spesies Puntius schwanefeldi Blkr (Weber and de Beafourt, 1916). Ikan ini tergolong sebagai ikan pemakan segala makanan (omnivora) dan tidak mengganggu jenis ikan kecil diperairan dimana dia hidup ( Djuhanda, 1981 dan Grazimek, 1973). Dari segi biologi reproduksinya ikan ini tergolong pada ikan yang mempunyai tipe reproduksi biseksual, dimana sperma dan telur berkembang secara terpisah pada individu yang berbeda, dengan kata lain ikan jantan dan ikan betina berkembang sejak lahir atau menetas serta setiap individu akan tetap sebagai jantan atau betina selama hidupnya ( Siregar, 1999).

Ikan kapiek bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih seperti petak dengan punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih mengkilat jumlah gurat sisiada 35-36 keping. Gurat sisi sempurna, sirip punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa dan perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma orange atau merah dengan pinggiran garis hitam atau putihsepanjang cuping sirip ekor. (SAANIN 1984)

Ikan kapiek hidup di dasar perairan berpasir lumpur dan tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air.Distribusi ikan kapiek di indonesia terdapat hampir di seluruh perairan Pulau Sumatera ,di samping itu juga Borneo.Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter,suhu 25-30 derajat celcius,kecerahan 40-120 cm,pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.(EFFENDI,1979)

Ikan Kapiek memiliki cirri-ciri sebagai berikut:sirip punggung terdiri dari 4 jari-jari keras dan 8 jari-jari lemah.Sirip anus terdiri dari 4 jari keras dan 5 jari-jari lemah.Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 14-16 jari-jari lemah.Kerangka tubuh kuat melengkung mulai dari hidung sampai ke punggung.Panjang baku 4,1-4,3 kali panjang kepala dan tinggi badan 2,3-2,4 kali panjang baku.Mulut di ujung kepala(terminal)memiliki 2 sungut kecil.Sungut di sungut mulut dan di rahang atas ,daerah pipi sempit terdapat 8-9 sisik antara garis rusuk dan sirip anus.Warna badan keputih-putihan bagian punggung coklat kehijauan,tepi atas dan bawah sirip ekor terdapat garis hitam.Pada ikan muda ujung-ujung sirionya berwarna merah,panjang maximum 23,5-24 cm (Webwr dan Beafort, 1916; Djuhanda,1981; Saanin,1984; Pulungan et al,1986; dan Kottelat et el,1993)

Ikan Kapiek menurut (PULUNGAN, 2000) Adalah moncong menonjol kedepan dan tumpul,kepalah bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi, mulut sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut menutupi lipatan bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di atas bibir atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis rusuk sempurna 34-36 sisik.bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna tubuh putih seperti perak dan punggung abu-abu kecoklatan dan perutnya putih mengkilat (DJUHANDA, 1981).

Ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) yang termasuk pada golongan Cyprinidae yang hidup di permukaan air merupakan jenis ikan air tawar yang tergolong masih hidup secara alami di perairan dan digemari masyarakat dalam keadaan segar maupun salai, karena rasa dagingnya yang cukup lezat dan gurih sehingga ikan ini dijadikan ikan adat oleh masyarakat Kampar,dimana harganya itu relative mahal yaitu sekitar Rp.15.000,-20.000/kg,dan Rp.20.000,- 25.000/kg dalam bentuk salai.

Ikan Kapiek menurut Pulungan (2000) adalah ikan yang moncong menonjol ke depan dan tumpul, kepala bersegi tidak bersisik, mulut sub terminal, pada rahang atas terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir,lipatan rahang atas di sudu mulut menutupi lipatan bibir bawah.Pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek sekali,permukaan kepala licin sekali,garis rusuk sempurna 34-36 sisk,bentuk badan memanjang persegi,perut mendatar dan bersisik.

Bentuk mulutnya protactile, ukuran mulutnya sedang, posisi mulut tegak lurus atau sedukit dibelakang obla mata, ukuran bibirnya tebal. Keadaan bibirnya, hanya bibir rahang atas yang berlipatan, bibir atas bersambung dengan bibir bawah dan bentuk vivir atas tidak bergerigi.

Manda et al(2005). Mulut dan sungut pada ikan terletak pada bagian anterior kepala dengan bentuk dan posisi bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan hidup dimana ikan-ikan itu berada. Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba dan pendeteksi dalam rangka mencari makanan.

Kriswantoro(1987) mengklasifikasikan ikan dengan ciri-ciri ikan kembung ini tergolong bilateral simetris, memiliki bentuk seperti torpedo, bentuk kepala agak tumpul dengan sirip yang lengkap memiliki sirip yang mengalami penyempurnaan seperti adifose fin dan finlet.

Ikan kapiek hidup pada dasar perairan berpasir dan berlumupur dan tempat berbatu yang banyak ditumbuhi tanaman air. Effendi (1979) menyatakan bahwa distribusi ikan kapiek di Indonesia terdapat hampir di seluruh perairan sumatra, disamping juga borneo. Ikan kapiek juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter. Suhu 25-30 derajat selsius, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada tempat yang merupakan lubuk.

16. IKAN NILA(Oreochromis niloticus)

Djarijah (1995) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata, Subphylum Vertebtara, Klass Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.

Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari Plankton, Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya ( Asmawi, 1986).

Menurut Sugiarto (1987) ikan Nila Orechromis niloticus termasuk ke dalam ordo Perciformes,Family Cichlidae,Genus Oreochromis dan spesies Orechromis niloticus.Santoso(1996) mengatakan bahwa ikan yang termasuk dalam genus orechromis adalah ikan yang bertugas mengerami telur dan menjaga anaknya adalah sang induk betina.Contoh spesies lainnya antara lain: Oreochromis spilarus, Oreochromis aereus, Oreochromis hantari, Oreochrommis mossambicus ,Oreochromis niloticus.

Ikan Nila merupakan ikan nila yang mempunyai bentuk yang agak memanjang pipih ke samping .Warnanya putih kehitaman, makin ke bagian ventral warnanya akan semakin terang.Pada tubuh terdapat 10 buah garis vertikal yang berwarna hijau kebiruan,sedangkan pada sirip ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kemerahan.(Santoso,1996)

Mata ikan Nila tampak menonjol agak besar dan di pinggirnya berwarna hijau kebiruan.Letak mulut terminal.Gurat sisi(Linea lateralis) terputus menjadi 2 bagian yanng terletak memanjang di atas sirip dada.(Sugiarto,1987)

Ikan Nila mempunyai nama perdagangan yaitu nile tilapea.Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti pipih compressed dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut,tergolong ikan Palagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi,suka hidup bergerombol baik perairan pantai maupun di lepas pantai .Kebiasaan makannya adalah memakan plankton besar atau kasar,cepalopoda dan Sunyoto crustacea(Mandala,2005)

17. IKAN JUARO(Pangasius polyuranodon)

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae (SAANIN, 1984). Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam (KOTTELAT et al, 1993). Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (SOETIKNO dalam HENNYWATI, 1998).

18. IKAN jambal siam(Pangsius sutchi)

Jambal siam (patin) terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide, famili Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984). Ikan Jambal siam termasuk ke dalam genus Pangasius dan famili Pangasidae (Robert and Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam mempunyai badan memanjang dan pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm. (Sumantadinata, 1993).

Selanjutnya Khairuman dan Sudenda(2002) menyatakan genus Pangasius termasuk golongan ikan karnivora(pemakan hewan).Ikan ini digolongkan sebagai sebagai ikan dasar atau demersal yang bersifat nocturnal.Makanan ikan genus pangasius di alam antara lain berupa ikan-ikan kecil ,caving detritus,serangga,udang-udangan dan mollusca.

Kottellate et el (1993) mengemukakan bahwa penyebaran ikan genus Pangasius dimulai dari India ,Birma,Thailand, Kalimantan, Sumatera dan Jawa.

Kepala Jambal Siam biasanya lebar dengan mulut terletak di ujung dan mata agak di bawah sudut mulut(Subagyo,1981).Sirip punggung terletak agak ke depan,antara sirip punggung dan sirip ekor terdapat sirip tambahan yaitu sirip lemak.Panjang sirip dubur biasanya sepertiga dari panjang tubuh ,berwarna merah dengan sirip tengah berwarna merah dengan sirip tengan yang berwana hitamdan mempunyai jari-jari yang berkisar antara 34-36 buah.Jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.

19. IKAN SELAIS(kryptopterus apogon)

Ikan selais kryptopterus apogon Blkr, atau lebih dikenal dengan nama Selais Panjang Lampung merupakan salah satu bagian potensi perairan Riau. Ikan ini masih tergolong ikan air tawar yang hidup secara liar, namun demikian ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah menjadi jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat.

20. IKAN LELE DUMBO(clarias gariepinus)

Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) termasuk kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleoistei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidae, family Clariidae, genus Clarias, spesies Clarias gariepinus (SUYANTO, 2002). Pada mulanya nama ilmiah ikan Lele Dumbo adalah Clarias fuscus dan kemudian diganti menjadi Clarias gariepinus. Pengganti nama ini berdasarkan atas sifat-sifat induk jantan yang dominan diturunkan kepada anaknya. Dari hasil penyilangan itu ternyata keturunan ikan Lele yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang unggul (SUYANTO, 1992).

WEBER DAN BEAUFORT (1992), serta SAANIN (1984) Mengklasifikasikan Ikan Gabus (Channa striata) dalam kelas Osteichthyes, ordo Labirinthici, Sub Ordo Ophiochepaloide, famili Ophiocephilidae, dan genus Ophiochepalus serta spesies Ophiochepalus striatus.

Menurut VIVIEW et al (1985) bahwa cirri-ciri ikan lele dumbo mempunyai kulit yang tidak bersisik (licin), berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh.bila dalam keadaan stress kulitnya seperti mosaic berwarna gelap dan tolol putih (terang).Mulut lebar sehingga memakan mangsannya yang panjangnyaseperempat panjang tubuh ikan lele dumbo. Disekitar tubuhnya terdapat delapan buah sungut yang berfungsi sebagai peraba.

21. IKAN PEPETEK(Leiognathus dussummieri),

Ikan pepetek (Leiognathus dussummieri), tergolong pada keluarga leiognathidae yang masih berkerabat dengan keluarga Carangiadae. Jenis ini merupakan jenis ikan yang kecil, Panjang tubuhnya tidak lebih dari 15 cm, Badanya tinggi dan bentuknya pipih. Daging dari jenis ini tidak begitu banyak, (Djuhanda, 1981).

22. ikan Toman (Ophiocephalus micropeltes)

Saanin (1986) mengklasifikasikan ikan Toman sebagai berikut kelas Osteichthyes, ordo labyrinthici, subordo Ophiocephaloidei, famili Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan species Ophiocephalus micropeltes.

Asmawi (1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut : tubuhnya ditutupi oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian punggung dan bagian perut berwarna putih cerah , pada ikan Toman muda disepanjang tubuhnya terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada ikan yang sudah tua kedua garis tersebut hilang

23. IKAN GABUS(Channa striata.)

Saanin (1984), Ikan gabus diklasifikasikan kedalam ordo Labyrintichi, family Ophiocephaloidae, genus Channa, Spesies Channa striata.

Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan liar tawar yang potensial di dosmestikasi. Ikan ini sejak lama dikenal sebagai ikan kosumsi yang cukup populer di semua pasar (Cahyono, 2000).

DJUHANDA (1981), mendeskripsikan Ikan Gabus ( Channa striata) memiliki bentuk tubuh hampir bulat panjang, makin kebelakang makin menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.

Kottelat et al (1993), Menyebutkan bahwa ikan gabus mempunayai warna gelap dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan sisik. Di bagian dadanya kulit tubuhnya

24. IKAN PANTAU(Rasbora argirotaenia)

Klasifikasi dari ikan pantau adalah sebagai berikut : Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Genus : Rasbora, Spesies : Rasbora argyrotaenia(Saanin,1984).

Menurut Djuhanda (1981) ikan Pantau mempunyai warna dasar keperakan yang cemerlang.Warna siripnya yang kekunungan ditambah dengan masing-masing cuping sirip ekornya yang memiliki memiliki pita warna hitam melintang.Bentuk tubuh dari tubuh ikan ini panjang membulat ,sisik-sisiknya besar.Warna tubuh bagian atasnya kecoklatan –kecoklatan dan bagian bawahnya kekuning-kuningan dipisahkan oleh gurat sisi yang menghitam mulai dari belakang tutup insang terus ke belakang badan.Lubang mulut kecil,sekitar mulut tidak ada sungut peraba ,sepintas lalu kelihatan seperti beunteur.

Ikan Pantau (Rasbora argirotaenia) termasuk dalam genus Rasbora mempunyai bentuk tubuh memanjang hampir persegi dan ditutupi oleh sisik cycloid yang terdapat mulai dari belakang kepala sampai kepangkal ekor. Perut membundar, sirip punggung berukuran pendek tidak memiliki jari-jari lemak yang mengeras serta terletak di belakang sirip perut bercagak (forked), posisi mulut terminal dan mulut tidak memiliki sungut. Ikan dengan posisi mulut terminal baik mengarah ke atas maupun kebawah menurut WHITTEN dan KOTTELAT dalam PAMUNGKAS (2000) kemungkinan besar hidup di lapisan tengah perairan.

Ikan Pantau memiliki bentuk tubuh mamanjang hampir persegi dan tubuhnya ditutupi oleh sisik cycloit. Mempunyai bentuk mulut yang non proctractile yaitu mulut ikan yang tidak dapat disembulkan kedepan. Mulutnya leber, sudut mulut dengan bola mata sedikit kebelakang bola mata. Bibir tebal dan hanya bibir atas yang berlipatan. Bentuk bibir atas bergerigi serta moncong ikan yang tumpul. Ikan Pantau ini tidak memiliki sungut. Ikan ini hidup secara bergerombol, tubuh berwarna putih punggung agak kehitaman. Pada pertengahan punggung terdapat sirip punggung yang disokong oleh jari-jari sirip, semua sirp berwarna kemerahan dan mempumyai bercakl hitam, sirip ekor bercagak panjang hampir sam dengan tinggi badan.

Ciri meristik dari ikan rasbora adalah tidak bersungut, sirip dubur dengan 5 jari yang bercabang, mulut agak kecil dengan berbonggol sambungan, tulang rahang bawah ,sambungan tulang rahang bawah (di dagu) berbogol dengan rusuk dengan cekungan pada sambungan tulang rahang atas (SAANIN,1984)

Permulaan sirip punggung tepat dengan atas dasar permulaan sirip perut, badan dan keping sirip ekor badan berbercak hitam,sirip punggung tidak berjari-jari keras yang bertulang dan terletak dibelakang sirip perut, garis rusuk dengan bersiku membengkok kebawah dan legkap melalui bagian ekor sebelah kebawah.

Ikan Pantau memiliki tubuh yang relatif kecil, Batang ekor dikelilingi 14 sisik, 1-11 sisik antara gurat sisi dan awal sirip perut , garis warna gelap memanjang berawal dari operculum sampai pangkal sirip ekor dan membatasi bagian belakang badannya.

25. Ikan tambakan (Hellostoma temmincki)

Ikan tambakan (Hellostoma temmincki) mempunyai bentuk tubuh gepeng (compressed) dan lonjong agak tebal bibirnya dapat ditonjokna kedepan badan dank kepala bersisik keras, matanya sedikit keatas dari sudut mulut, gurat sisik sempurna, sirip punggung, panjang tetapi tidak begitu lebar. Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat yang biasanya terletak pada ketinggian 150-750 meter dari permukaan laut kisarann temperature 25-30 drajat celcius dan pada pH netral (Susanto, 1991).

Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat dan biasanya terdapat pada ketinggian 150-750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperature 25-30derajat selsius dan pH netral (Susanto, 1984).

Ikan tambakan (helostoma temmincki) mempunyai bentuk mulut protactile yaitu bentuk mukut yang dapat disembulkan, celah mulut horirzontal sangat kecil, rahang atas dan rahang bawah sama, bibir tebal dan mempunyai gigi yang ujungnya tajam(Susanto, 1997).

26. 10.Ikan Baung(Mystus nemurus)

Ikan Baung (Mystus nemurus CV) adalah jenis ikan perairan umum yang sedang di domestikasi untuk dijadikan ikan budidaya (Gaffar dan Nasution, 1990).

Ikan Baung (Mystus nemurus CV) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam phylum Chordata, kelas pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones atau Mystus dan spesies Mystus nemurus CV ( Kottelat et al, 1993).

Ikan baung yang terdapat didaerah riau mempunyai warna yang Abu-abu dengan pita tipis memanjang yang berawal dari tutup insang hingga pangkal sirip ekor. Sungut hidung mencapai mata dan sungut rahang atas memanjang hampir mencapai sirip ekor. Bagian atas kepala agak kasar, terdapat garis gelap memanjang dan mempunyai titik hitam di ujung sirip lemah (Djuhanda, 1981).

Menurut Djadjadiredja et al (1977) Ikan baung mempunyai bentuk badan panjang dan tidak bersisik, pada sirip dada terdapat tulang yang tajam dan bersungut, memiliki sirip adipose yang panjangnya kira-kira sama dengan sirip dubur. Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai dan tidak gemar dengan air yang jernih atau yang terlalu berlumpur (Inger dan Chin dalam Mohsin dan Ambak, 1992 ).

Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak bersisik, kepala gepeng dan keras, mulut lebar, pada rahag terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek, mempunyai satu patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip dada mempunyai jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan bergerigi (Djuhanda, 1981).

Menurut Kottelat et al, (1993) bahwa Famili Bagridae adalah ikan berkumis air tawar yang terdapat dikawasan Tropika Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur. Beberapa jenis memiliki kekhususan pola warna berbentuk bercak atau garis, mereka tumbuh sangat besar dan bersifat nocturnal, yang hidup di air keruh aktif sepanjang hari. Beberapa ikan bersuara katak pada waktu ditangkap, merupakan penghuni dasar air dan memakan segala macam makanan.

Ciri-ciri morfologi ikan baung menurut Mohsin dan Ambak ( 1992 ) adalah : warna tubuhnya kelabu, kepala lebar dan tinggi, rahang atas lebih sedikit daripada bawah duri sirip punggungdan duri sirip dada bergerigi kebelakang, sirip adifose lebih pendek daripada sirip punggung, kumis mendibel memanjang sampai ke sirip dada, kumis mental lebih pendek, sirip ekor becabang dan cuping atas kurang runcing.

Ikan Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh memanjang, licin dan tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah yang terletak terpisah antara sirip punggung dan sirip ekor. Mempunyai satu pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut rahang atas panjangnya hampir melampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).

Ikan Baung (Mystus nemurus CV) mempunyai empat pasang sungut perabadan satu diantaranya panjang sekali, terletak pada sudut rahang atas yang panjangnya mencapai sirip dubur. Sirip punggung mempunyai dua jari-jari keras, satu diantaranya besar dan rumengmenjadi patil, sedangkan jari-jari lunaknya ada tujuh buah, sirip dubur mempunyai 12-13 jari-jari lunak, sirip perut mempunyai 6 jari-jari lunak dan dua jari-jari keras yang menjadi patil serta kepalanya besar. (Djuhanda, 1981).

Seterusnya Bleeker et al (1965), menambahkan bahwa selain sirip dada, sirip punggung berjari-jari keras tajam dan berbisa, tulang rahang atas bergerigi, warna tubuh punggung agak kehitam-hitaman dan bagian dada putih

Ikan Baung (Mystus nemurus) secara taksonomi diklasifikasikan kedalam phylum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidea, famili Bagridae, genus Macrones atau Mystus dan spesies Mystus nemurus (Kottelat et al, 1993). Ikan ini hidup didasar perairan dan bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan rumput (Djadjadiredja, Hatimah dan Arifin, 1977).

Raharjo (1980), secara anatomi ikan mempunyai sepuluh sistem yang bekerjasama dalam membentuk keseluruhan individu, adapun kesepuluh sistem tersebut yaitu sistem saraf, sistem peredaran darah, sistem integumen, sistem otot,

Ikan Baung mempunyai empat sungut peraba dan satu diantaranya panjang sekali terletak pada sudut rahang atas, panjangnya mencapai sirip dubur. Ikan ini memiliki kepala yang kasar (Djuhanda, 1981).

Morfologi ikan dari famili Bagridae secara umum adalah tubuh tidak bersisik, kepala gepeng dan keras, mulut lebar, pada rahang terdapat 3-4 pasang sungut peraba yang panjang, sirip punggung pendek, mempunyai satu patil dan mempunyai sirip punggung tambahan atau sirip lemak, sirip ekor bercagak dan tidak berhubungan dengan sirip punggung dan dubur, sirip dubur pendek, sirip dada mempunyai jari-jari keras yang tajam dan sirip dada sangat kuat dan bergerigi. (Kottelat et al, 1993).

Ikan ini hidup didasar perairan dan bersifat omnivora yang makanan utamanya terdiri atas anak ikan, udang remis, insekta, molusca dan rumput ( Djadjadiredja, Hatimah Dan Arifin, 1977)

Ikan Baung sering ditemukan pada daerah pasang surut di hulu sungai dan tidak gemar dengan air yang jernih atau yang terlalu berlumpur ( Inger dan Chin Dalam Mohsin Dan Ambak, 1992 ).

27. Ikan Barau

Ikan barau merupakan ikan dari famili Cyprinidae. Menurut Smith (1965). Famili cyiprinidae terbagi atas empat subfamily yaitu cyprinidae, abraminae, rasborinae, carrinae. Ukuran ikan cyprinidae beragam antara kurang 3-300 cm. spesies paling besar dalam famili cyprinidae ditemukan di Thailand yaitu Catlocarpio siamensis yang dapat mencapai panjang hingga 300 cm. famili cyprinidae merupakan famili ikan dengan genera terbesar yaitu sebanyak 194 genera dan 2070 spesies. Sejumlah 1850 spesies ditemukan hidup di Afrika dan Eurasia dan 220 ditemukan hidup di North America (Robinson et.el, 1980).

Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara sirip punggung dan sirip perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar. Pola-pola warna pada ikan dewasa dari ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut hidup.

Ikan barau merupakan komponen penting sebagai fauna ikan di ekosistem perairan tawar Malaysia (Abidin, 1986). Makanan ikan barau yaitu phytoplankton dari kelompok chlorophyta, diatom, cyanophyta, zooplankton dan ikan. Sedangkan makanan kesukaan ikan ini adalah Synedra acus dari kelompok chlorophyta.

Di Indonesia ikan ini dapat dijumpai di jawa, Sumatra, Kalimantan. Sedangkan diluar Indonesia ikan ini dapat dijumpai di Malaysia , Thailand, dan Vietnam. Aktifitas pemijahan ikan barau dihubungkan dengan menurunnya suhu perairan dan naiknya lapisan permukaan air dan meningkatnya turbiditas. Ikan ini tergolong ikan yang dapat memijah sepanjang tahun, akan tetapi musim pemijahannya cenderung ketika permulaan musim hujan yaitu dari bulan November sampai March tiap tahunnya. (Abidin, 1986).

Ciri utama yang tergolong dalam famili Cyprinidae adalah mempunyai gigi parinx yang terdiri dari tiga baris dan masing-masing baris terdiri dari delapan gigi atau kurang, bibir tipis, tidak mempunyai pailla, rahang atas selalu dibatasi oleh preMaxilla, sirip dorsal mempunyai jari-jari keras (Nelson, 1984).

Kottelat et.el (1993) menyatakan ikan barau dewasa meiliki garis hitam antara sirip punggung dan sirip perut dan kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang besar. Pola-pola warna pada ikan dewasa dari ikan muda tergantung pada perairan ikan tersebut hidup.

28. ikan mas (Cyprinus carpio).

Menurut Saanin, (1968) klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut kelas pisces; ordo ostariophysi; subordo Cyprinoidea; famili cyprinidae; subfamily ciprininae; genus cyprinusus ;spesies cyprinu carpio.

Ikan mas merupakan ikan yang memunyai nilai ekonomis yang tinggi, dagingnya banyak disukai orang, mudah berkembang biak, dan mudah beradaptasi (Djatmika, 1986) sedangkan Lovell, Smitherman dan Shel (1974) menyatakan ikan mas merupakan ikan yang mudah dipijahkan, dapat memanfaatkan makanan buatan, relative tahann terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat dan mempunyai toleransi yang besar terhadap kisaran suhu dan terhadap oksigen terlarut.

Huet,(1971) menyatakan habitat ikan mas hidup pada kolam-kolam air tawar dam didanau-danau serta perairan umum lainnya. Dalam perkembangannya ikan ini sangat peka terhadap perubahan kualitas

lingkungan dimana ikan mas merupakan salah satu ikan yang hidup di perairan tawar dan tidak terlalu dalam dan aliran air yang tidak terlalu deras.

IKAN LAUT

29. Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus)

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) mempunyai klasifikasi yaitu: kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Scombriformes, genus scomber dan Spesies Scomber negletus (SAANIN, 1984).

Ikan kembung perempuan(Scomber neglectus) termasuk ke dalam Ordo Percomorphi.Warna tubuh bagian atas kekuning-kunungan dan pada bagian ventral berwarna kuning keemasan.Yang membedakan kembung perempuanfengan kembung jantan adalah kalau ada kembung laki-laki terdapat bintik-bintik hitam pada bagian dorsalnya sedangkan pada bagian dorsal kembung perempuan tidak ada.Selain tubuhnya lebih gemuk dari pada ikan kembung laki-laki.Habitat kembung perempuan adalah pada air laut(Saanin,1984)

Ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup di sekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang mengkehendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun dilepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).

Ciri lain dari morfologi ikan kembung Perempuan ini adalah memiliki sirip ekor bercagak dua dan lekukkan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Pangkal sirip ekor bentuknya bulat kecil. Jari-jari lunak dari sirip ekor bercabang pada pangkalnya. Di belakang sirip punggung dan dubur, terdapat sirip-sirp tambahan yang kecil (DJUHANDA, 1981).

Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi, (LAGLER et al., 1977) mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian, penyamaran dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian

meliputi pemiripan warna secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan pewarnaan terpecah koinsiden.

Ikan Kembung Perempuan (Scomber neglectus) memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dengan panjang tubuh serta hidup disekitar dasar perairan dan permukaan perairan laut, tergolong ikan pelagis yang menghendaki perairan bersalinitas tinggi, suka hidup secara bergerombol baik diperairan pantai maupun di lepas pantai. Kebiasaan makanannya adalah memakan plankton besar atau kasar, copepoda dan crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO,1986).

Menurut TIM IKHTIOLOGI (1989), warna yang terdapat pada tubuh ikan tersebut disebabkan oleh adanya schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan juga disebabkan oleh biochrome (pigmen pembawa warna). Warna kuning yang terdapat pada ikan ini disebabkan karena adanya pigmen chromolipoid, warna putih atau keperak-perakan yang terdapat pada tubuh bagian bawah dipengaruhi oleh pigmen purin, sedangkan warna kebiru-biruan pada bagian atas linnea lateralisnya disebabkan karena pengaruh pigmen pembawa warna yaitu pigmen indigoid.

30. IKANKAPAS-KAPAS(Geres punctatus)

Secara taksonomi ikan kapas-kapas diklasifikasikan ke dalam Ordo :Percomorphi, Famili Geridae, Genus Geres dan spesies Geres punctatus yang merupkan kelompok ikan yang mempunyai ukuran tubuh relative kecil ,bentuk badan pipih tegak dengan kepala melengkung,mulut terletak di ujung depan kepala ,moncong dapat ditonjolkan ke depan,tubuh ditutupi oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing, warna tubuh keperakan.(Saanin,1981).

Ikan kapas-kapas mempunyai bentuk tubuh pipih dengan mulut tegak runcing ke depan,sirip ekor bercagak,sirip dubur lebih pendekdari pada sirip punggung.Jari-jari kedua sirip punggung memanjang seperti rambut.Jari-Jari sirip disokong oleh D.1X.10, A.111.7.Tubuh ditutupi oleh sisik yang berukuran besar.Sirip dada panjang dan runcing.Warna tubuh keperakan(Kottelat et al,1993)

31. Ikan kembung laki-laki

Ikan kembung laki-laki termasuk kedalam kelas Condircthtyes mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo, tubuh simetris bilateral, sirip ekor bercagak dua dimana lekukan dari cagak tersebut dimulai dekat pangkalnya. Dibelakan sirip ekor dan sirip anus terdapat sirip tambahan kecil. Sirip punggung pada bagian depan seluruhnya disokog oleh jari-jari keras. Posisi mulut terminal dengan sifat nonprotactile.

Sirip-sirip punggung dubur, perut dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga dapat memperkecil daya gesekan pada air waktu ikan tersebut berenang cepat. (Djuanda, 1981)

32. Ikan kerapu Macan(Epinephelus fuscoguttatus.)

Lagler et al (1977) dalam Mustamin (1997), sistematika pengklasifikasian ikan Kerapu Macan termasuk kedalam filum: Chordata, Subphylum: Vertebrata, kelas: Osteichthyes, Subkelas: Ctinopterigii, ordo: Percomorphi, family: Serranidae, genus: Epinephelus dan spesies: Epinephelus fuscoguttatus.

Menurut Andreas dan Soeharmoko (1997), ciri-ciri morfologis ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah bentuknya agak bulat memanjang dan mempunyai ukuran badan lebih tinggi, sirip dada berwarna kemerahan dan sirip lainnya mempunyai tepi kecoklatan

33. IKAN SELAR KUNING(Caranx leptolepis)

Menurut Saanin(1968) ikan selar kuning diklasifikasikan pada ordo Percomorphi ,family Carangidae, Genus Caranx ,spesies Caranx leptolepis.Bentuk tubuhnya kecil dari pada ikan-ikan lainnya.Panjang tubuh hanya sampai 16 cm.Jenis ikan ini dikenal dengan adanya garis lebar berwarna kuning emas dari mata sampai ekor.Ikam selar kuning terdapat hampir di seluruh lautan daerah indo_Pasifik.Jenis-jenis ikan selar mempunyai arti ekonomi yang penting,banyak dijual di pasar sebagai ikan segar,akan tetapi lebih banyak lagi dijual sebagai ikan pindang.

34. IKAN SEBELAH(Psettodes erumei.)

Bentuk tubuhnya pipih dan memanjang seperti lidah, sirip punggung dan anus menjadi satu dengan sirip ekor. Kedua mata terdapat pada sebelah tubuh tubuh yang berwarna dan tubuh non bilateral simetris. (Saanin, 1984).

Djuhanda (1981) Ikan sebelah mempunyai rahang dan susunan gigi pada kedua belah pihak dari tubuh hampir serupa. Tubuhnya non bilateral simetris dan dapat diklasifikasikan ke dalam ordo: Heterostoma, family: Psettidae, genus: Psettodes dan spesies: Psettodes erumei.

35. Ikan Lidah(Cynoglossus lingua)

Klasikikasi dari ikan lidah sebagai berikut Ordo:Pleuronectiformes ,Famili: Cynoglossidae ,Genus:Cynoglossus Spesies: Cynoglossus lingua

Menurut (Kottelat et al,1993) ikan ini hidup dilaut tropika tetapi beberapa terbatas hidupnya di air tawar. Kedua mata terletak disamping kiri badan. Tidak memiliki sirip dada hanya sirip punggung yang berkembang. Sirip punggung , dubur dan ekor bersatu.

Lubang mulut pada ikan ini sempit dan gigi pada sebelah badan yang tak berwarna lebih baik. Janis ikan lidah di Indonesia tidak memiliki arti ekonomi penting karena jumlahnya yang sedikit dan besarnya tidak seberapa (Djuhanda, 1981).

Menurut (Kotellat et al, 1993) ikan lidah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Animalia, Kelas Pisces, Ordo Pleuronectiformes, Famili Cynoglossidae, Genus Cynoglossus, Spesies Cynoglossus lingua.

Ikan ini hidup dilaut tropika tetapi beberapa terbatas hidupnya di air tawar. Kedua mata terletak disamping kiri badan. Tidak memiliki sirip dada hanya sirip punggung yang berkembang. Sirip punggung , dubur dan ekor bersatu (Kottelat et al, 1993)

36. Ikan tenggiri (Cybium commersoni)

Djuhanda (1981) mengklasifikasikan ikan Tenggiri dalam kelas Pisces, ordo Percomorphi, famili Scombridae, genus Cybium dan spesies Cybium Commersoni. Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para

nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein. (Hasan, 1984).

Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknay berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm (DJUHANDA, 1981).

37. Ikan Belanak(Mugil belanak)

Ikan Belanak bersisik cycloid atau ctenoid, bisa dengan jari-jari kecil di tepinya atau tidak, ujung rahang atas melengkung ke bawah dan terlihat pada saat mulutnya tertutup. (FISHER and WHITEHEAD dalam BENGEN, 1982).

Ikan belanak juga merupakan ikan yang habitatnya berasal dari air laut. Ikan belanak termasuk kedalam Kelas Pisces, Ordo Perciformes, Famili Mugilidae, dan Spesies Mugil belanak. Jenis-jenis ikan belanak diperairan pantai Indoneia digolongkan kedalam Genus Mugil (DJUAHANDA, 1981). Warna : Bagian belakang berwarna kehijau-hijauan atau abu-abu kecoklatan, pada bagian sisi dan perut berwarna keperakan; pinggiran belakang sirip ekor berwarna hitam; pada permulaan sirip dada terdapat spot biru {Moolgarda delicatus (Alleyne & Macleay, 1877).

38. IKAN TERI(Stolephorus commersoni)

Ikan Teri (Stolephorus commersoni) tubuhnya ramping kecil, panjang kurang dari 12 meter, mulutnya lebar sampai lewat belakang mata , rahang bawah lebih pendek dari pada rahan atas, moncongnya tumpul.sirip dubur dimulai dari tepat di bawah belakang dari sirip punggung,. Jenis ikan teri ini umumnya hidup di dekat pantai, tetapi pula yang masuk ke muara –muara sungai di air payau, kebanyakan ikan teri hidup dalam bergerombolan sangat besar. Sebetulnya banyak sekali nama ikan teri ini atau spesiesnya, ikan teri ini memmpunyai ari yang besar dalam perdagang indonesia dan bernilai ekonomis (DJUHANDA ,1981)

39. IKAN MERAH(Lutianus erythropterus)

Menurut Saanin (1984), mengklasifikasikan ikan Merah dalam ordo: Percomorphi, family: Lucanidae, genus: Lucanus dan spesies: Lutianus erythropterus. Dengan ciri-ciri kepala tumpul dan ekor berlekuk, tubuh berwarna merah agak keputihan.

Alamsyah(1980) ikan Kakap Merah merupakan ikan yang termasuk ke dalam Ordo Perciformes, Family Laboridae, dan genud Lutainus dan Spesies Lutianus erythropterus.Ikan ini merupakan ikan air laut yang mempunyai sirip punggung yang sempurnayang terletak di depan sirip perut atau di belakang kepala bagian anterior badan pada ikan tersebut.Sirip dada pada ikan merah oblique dan terletak di bawah linea literalis di bawah sudut operculum.Sirip perut ikan ini berbentuk thorcic,sedangkan sirip anus terpisah dengan sirip ekor dan bagian pangkalnya diliputi oleh sisik.Bentuk ekor ikan ini adalah berlekuk tunggal.

Ikan merah (Lutjanus eryptropterus) adalah ikan yang berada di perairan luat.bentuk tubuh bilateral simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies Lutjanus eryptropterus. Pada ikan merah mulutnya besar, dapat disembulkan kedepan, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini mempunyai empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan ekor. Warna sirip tersebut bewarna merah kelam (DJUHANDA, 1981).

40. IKAN BANDENG(Chanos chanos)

Ikan Bandeng(Chanos chanos) dalam susunan taksonominya mempunyai Ordo Malacopterygh, Family Chanidae,Genus Chanos dan Spesies Chanos chanos(Saanin,1984)

Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak. Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata dan tidak memiliki sungut.

Ikan Bandeng mempunyai bentuk tubuh ramping ,badannya tertutup oleh sisik, jari-jari semuanya lunak dan jumlah sirip punggung antara 14-16, pada sirip dubur antara 10-11,pada sirip dada antara 16-17 dan pada sirip perut antara 11-12.Sirip ekor panjang dan bercagak.Jumlah sisik pada gurat sisi ada 75-80 keping.Mulutnya berukuran sedang dan nono protractile.dimana posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata,bentuk tubuhnya seperti panah(Djuhanda,1981)

41. IKAN BIJI NANGKA(Upeneus mullocensin)

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae, bentuk tubuhnya hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini mempunyai banyak sifat-sifat yang sama, hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang tidak jelas. Gigi-gigi pada rahang runcing-runcing dan tersebar merata. Sirip punggung dan sirip anus bersisik sedikit, mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip ekor berlekuk, sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jari-jari keras, dan jumlah jari-jari keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang sungut (Djuhanda, 1981).

42. IKAN KERAPU MACAN(Ephinephelus lauvina)

LAGLER et al. dalam ANONIMOUS (1998) Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina) adalah ikan yang termasuk kedalam Fanili serranidae. Ikan ini mempunyai sifat hermaprodite protoginous yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonat) berjenis kelamin betina dan akan berubah kelamin jantan setelah dewasa.ikan kerapu macan termasuk kedalam Ordo Percomorphi, Famili serranidae, Genus ephinephelus, Spesies (Ephinephelus lauvina).

Murtidyo(1997) menyatakan ikan Kerapu macan lebih populer disebut predator,ikan kerapu dikelompokkan menjadi dua jenis masing-masing diidentifikasikan dengan nama kerapu macan(Ephinephelus lauvina).

43. IKAN ALU-ALAU(Sphyraena jello)

Ikan alu-alu terklarifikasi dalam phylum Chordate, kelas Pisces, ordo Perciformes, family Sphyraenidae, genus Sphyraena, species Sphyraena jello. Bentuk tubuhnya bulat panjang dengan kepalanya menirus kebagian moncong, mulutnya lebar, rahang bawah lebih panjang dari pada rahang atas. kedua rahang serta langit-langit mempunyai gigi yan relatif besar dan tajam, badan dan kepala pada pipi dan tutup insang ditutupi dengan sisik-sisik kecil, pinggir tubuh dan perutnya berwarna perak dan mengkilat, tetapi punggungnya berwrna hijau abu-abu, mempunyai dua sirip punggung yang di depan seluruhnya disokong oleh jari-jari keras dan sebanyak lima buah, dan yang belakang hanya mempunyai satu jari-jari keras dan sebanyak sembilan jari-jari lunak, sirip ekor bercagak, berlekuk dua dan mempunyai 17 jari-jari lunak, sirip dubur mempunyai satu jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak, sirip dada letaknya lebih ke bawah, biasanya hidup di laut tropis dan sub tropis. (T. Djuhanda, 1981).

44. IKAN TENGGIRI.( Cybium commersoni)

Dalam Taksonominya ikan Tenggiri diklasifikasikan dalam Phylum Chordata,Class Osteichtyes, Ordo Percomorphi, Family Scombridae, Genus Cybium dan Spesies Cybium commersoni(Saanin,1984)

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikn yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein (HASAN, 1984).

Ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas, predator dan karnivor. Penyebarannya terdapat di laut Merah, dekat pantai Timur Afrika, Laut-laut India, Malaysia, Indonesia dan sekitarnya yang banyak disukai orang-orang dan dipasar selain dijual segar banyak jua yang diasin dan dipindang bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena dagingnya yang begitu halus dan gurih.

Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknay berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm (DJUHANDA, 1981).

45. IKAN BAWAL HITAM(Stromateus niger)

Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada keluarga Stromatidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk tubuhnya pipih dengan badannya yang tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna hitam, sirip punggung hanya satu mempunyai 5 jari-jari keras dan 42-44 jari-jari lunak. Sirip dubur besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong oleh 3 jari-jari keras dan 35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya melengkung dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar. Sirip perut tidak ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal sirip ekor bulat kecil. Gurat sisi dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih besar dari pada sisik-sisik yang lainnya dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi, iakn ini mempunyai persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae.

Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan Sebelah. Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan makanan, dan mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini tidak banyak terdapat di dekat-dekat muara sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah lautan. Jenis ikan-ikan ini terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda, 1981).

Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat dengan Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir menyerupai bentuk belah ketupat . Ikan Bawal ini merupakan herbivora yang cendrung bersifat omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .

Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984)

Ikan Bawal Hitam dapat berenang dengan posisi miring seperti pada ikan sebelah.Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm,dagingnya baik sebagai bahan makanan,dan mempunyai pasaran yang baik.Ikan ini tidak terdapat banyak di muara-muara sungai biasanya bergerombol banyak di tengah lautan .Jenis ikan ini terdapat di Lautan India Indonesia,Malaysia,dan Cina (Djuhanda,1981)

46. IKAN TONGKOL(Euthynnus pelamis)

Ikan tongkol terklasifikasi dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus Euthynnus, spesies Euthynnus pelamis .Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh seperti betuto, dengan kulit yang licin .Sirip dada melengkung, ujngnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet. (T. Djuhanda, 1981).

47. IKAN HIU(Carcharias menissorah),

Ikan Hiu (Carcharias menissorah), terklasifikasi dalam phylum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Elasmobranchii, ordo Selachi, famili Carcharidae, genus Carcharias, dan spesies Carcharias menissorah. Ciri-ciri ikan hiu berhabitat di perairan laut di sekitar gosong-gosong karang dan di depan muara sungai, memiliki satu gigi runcing, memiliki bentuk tubuh bilateral simetris yang sagitiform, mulut superior, dan memiliki lima kantung insang. Hiu jenis ini panjang tubuhnya tidak dapat melebihi dari 1 meter. (T. Djuhanda, 1981)

48. IKAN SELAR COMO(Caranx mate),

Ikan Selar como (Caranx mate), tergolong pada keluarga Carangidae. Tubuh ikan-ikan dari keluarga ini bentuknya ada yang sedikit gepeng, ada yang lonjong, dan ada juga yang tinggi. Pangkal ekor kecil, bentuknya bulat panjang. Biasanya mempunyai sisik-sisik kecil tipis dari jenis sikloid, atau ada juga yang tidak bersisik. Gurat sisi sempurna, pada bagian depan melengkug ke atas, pada bagian belakang melurus sampai di ujung ekor. Ada segolongan ikan-ikan dari keluarga Carangidae yang mempuntai sisik-sisik gurat sisi yang besar-besar dan pada pinggiran belakangnya seolah-olah merupakan duri. Gigi-gigi terdapat pada rahang-rahang, lidah dan langit-langit, bentuknya halus dan kecil-kecil. Sirip punggung ada dua yang terpisah secara jelas, yang depan disokong oleh jari-jari keras saja, sedangkan yang belakang mempunyai satu atau beberapa jari-jari keras saja dan banyak jari-jari lunak. Pada beberapa jenis terdapat sirip tambahan pada sirip punggung dan sirip duburnya bagian belakang sekali, yang merupakan jari-jari sirip lunak yang lepas-lepas dan membentuk sirip kecil-kecil. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang sangat dalam. Sirip duburnya lebar dan panjang, sama besarnya dengn sirip punggung bagaian belakang. Sirip perut terletak tepat di bawah sirip dada dan sirip dadanya besar dan kuat, terletak lebih ke bawah. Bentuk sirip dada pinggiran depannya melengkung ciut ke ujung dengan bagaian pangkalnya yang kuat dan lebar. (T. Djuhanda, 1981).

49. IKAN LAYUR(Trychiurus savala)

Ikan Layur (Trychiurus savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan sedikit kuning. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor, (Djuhanda, 1981).

50. IKAN TUNA (Thunnus alalunga )

Menurut Saanin (1984), klasisifikasi ikan tuna adalah sebagai berikut Phylum Chordata,Sub phylum Vertebrata Thunnus,Kelas Teleostei,Sub kelas Actinopterygii, Ordo : Perciformes,Sub ordo : Scombroidae,Genus : Thunnus, Species : Thunnus alalunga (Albacore).

Tuna termasuk perenang cepat dan terkuat di antara ikan-ikan yang berangka tulang. Penyebaran ikan tuna mulai dari laut merah, laut India,Malaysia, Indonesia dan sekitarnya. Juga terdapat di laut daerah tropis dan daerah beriklim sedang (Djuhanda, 1981).

Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Departemen of Health Education and Walfare (1972 yang diacu Maghfiroh, 2000)

Secara umum bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 45 – 50 % dari tubuh ikan (Suzuki, 1981).

Daging merah pada ikan pelagis memungkinkan jenis ikan ini berenang pada kecepatan yang tetap untuk memperoleh makanan dan untuk bermigrasi (Learson dan Kaylor, 1990).

Pigmen yang telah diisolasi dari grup ikan tuna adalah “ tunaxanthin “ dan pigmen tersebut merupakan karakterisrtik utama ikan-ikan laut pada umumnya (Simpson, 1962).

51. Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus)

Ikan Bawal Putih (Stromateus cinereus) merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromatidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badannya yang tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan bawal ini merupakan ikan herbivore yang cenderung bersifat omnivore, selain suka melalap tumbuhan air ia juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Nelson,1984).

Ikan Bawal Putih merupakan jenis ikan yang habitatnya dari air laut. Dimana dapat diklasifikasikan sebagai berikut : ordo Perchomorphi, famili Stromateidae, genus Stromateus, spesies (Stromateus cinerus).

52. Ikan Tamban

Menurut (Kottelat et al,1993) suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan - ikan migran. Beberapa jenis hidup terbatas di sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi kebanyakan memakan plankton. Pada perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip dubur. Sirip dada berpangkal dekat profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak kedalam, sirip punggung tunggal gurat sisi sangat pendek atau tidak ada samasekali dan sisik profil perutnya bertaji

Suku ini umumnya berukuran kecil dan merupakan ikan –ikan migran. Beberapa jenis hidup terbatas di sungai-sungai atau muara. Beberapa jenis memiliki gigi tetapi kebanyakan memakan plankton. Pada perutnya terdapat geligir yang berawal dari kepala sampai kesirip dubur. Sirip dada berpangkal dekat profil perut dan sirip-sirip lainnya tidak berduri. Sirip ekor bercagak kedalam, sirip punggung tunggal gurat sisi sangat pendek atau tidak ada samasekali dan sisik profil perutnya bertaji (Kottelat, 1993).

53. IKAN GULAMAH (Pseudocienna amovensis)

Ika Gulamah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Ordo Percomorphi, Sub Ordo Percoidea, Famili Scienidae ,Genus Pseudocienna dan spesies Pseudocienna amovensis.Menurut Weber et el (1993) ciri ikan Gulamah adalah bermulut lebar ,gigi-gigi besar dan kecil pada rahangnya.Gigi besar pada pada bagian ujung rahang atas ,tanpa gigi taring.Memiliki gelembung udara.Bentuknya lonjong atau lebih mirip wortel dan dilengkapi dengan tonjolan seperti akar pohon yang berjumlah 22-29.Panjang urat sisi dapat mencapai 3 cm namun pada umumnya 25-30 cm. Sirip punggung berjari-jari keras 10, diikuti dengan 1 jari-jari keras yangbersambung dengan 25-28 jari-jari lemah .Sirip dubur berjari-jaru keras 2 dan 7 jari-jari lemah.Warna dasar yang dimiliki ikan ini adalah putih keabuan dengan adanya strip-strip yang bergelombang.Terdapat di bagian atas badan suatu bentuk kuning pucat memanjang di atas garis rusuk.Total hitam pada pangkal sirip dada juga pada penutup inang.Sirip-sirip sebagian kuning sebagian gelap dan ukuran dapat mencapai 38 cm dan umumnya 25-30 cm.

54. IKAN SENANGIN(Polynemus tetradactylus )

Menurut Kriswantoro dan Sunyoto (1986), nama lain Ikan Senangin di Inggris adalah Giant threadfin (tasselfish), Indian Salmon. Di Indonesia disebut Kurau (Jabar), Baling, Kuro (Jawa), Laceh (Madura), Senangin (Sumatra), Selangih (Sumatra Timur), dan Tikus-Tikus (Ambon).

Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus ) diklasifikasikan kedalam ordo Percesoces, famili Polynemidae, genus Polynemus, spesies Polynemus tetradactylus, Ikan Senangin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bentuk mulut non proctractile, ukuran mulut lebar, posisi mulut didepan bola mata, ukuran bibir tipis dan tidak memiliki sungut.

Siregar (1979), mengatakan bahwa ikan senangin adalah ikan dengan badan yang panjang dan sedikit gepeng. Tubuh ditutupi oleh sisik yang besar-besar. Sedangkan tutup insang, moncong dan bagian sirip ditutupi oleh sisik yang halus.

Ikan senangin (Polynemus tetradactylus)tubuhnya berbentuk panjang sedikit gepeng badan ditutupi sisik yang besar-besar sedangkan tutup insang moncong dan bagian siripnya ditutupi oleh sisik-sisik yang halus.Warna tubuhnya hijau keperakan yang menjadi putik kekuning-kuningan pada pinggiran tubuh dan bagian perutnya siripnya berwarna kekuning-kuningan,sisip punggung depan D.VII dan sirippunggung belakang D.I.13,sirip ekor bercagak(SIREGAR,1979)

55. IKAN PARI(Trygon sephen)

Menurut Kottelate(1993) ikan Pari adalah ikan air laut yang memiliki sirip ekor seperti cambuk.Ikan Pari adalah ikan yang termasuk dalam Ordo Batoidea,Family Trygonidea, dan Genus Trygon sedangkan spesiesnya Trygon sephen.Ikan ini tidak mempunyai sirip punggung,sirip perut, sirip dada dan sirip anus.Tetapi ikan pari mempunyai ekor seperti cambuk yang mempunyai duri yang berbisa.Ikan Pari termasuk ikan Agnatha (Ikan tidak memiliki rahang).Ikan pari mempunyai mata dan lubang hidung yang terletak pada bagian atas atau bagian depan dari kepalanya.Sedangkan mulut ,celah insang dan lekuk hidung terletal di bagian bawah dari kepala ikan tersebut.

56. IKAN SARDIN(Sardinella sirin).

Menurut Saanin (1995) mengklasifikaikan ikan sardin berdasarkan sistem bleeker yatu:phylum chordata, kelas piscas, sub kelas teleostei, ordo percomorfes, sub ordo combroidea, famili serranidae, genus Sardinella, spesies Sardinella sirin.

Direktorat (1979).

Ikan Sardin (Sardinella sirin). Merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae, bentuk badan panah dengan badan yang rendah. Merupakan ikan herbivora yang cenderung bersifat omnivora, selain suka melahap tumbuhan air, ia juga suka memakan udang atau ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. (Djuhanda, 1981).

Ikan Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi sudut mulut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan terletak dipertengahan dengan permulaan dasar didepan sirip perut, sirip dada dibawah linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit )Saanin 1986).

Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal sirip punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat kearah moncong daripada kebatang sirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip duburnya 18-20. Terdapat sirip tambahan pada sirip perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus, dapat mencapai panjang 23 cm, umumnya 17-18 cm. Warna tubuh biru kehijauan, putih perak bagian bawah, gelap bagian atas badan.

57. IKAN KAKAP(Lutjanus argentimaculatus).

Kottelat (1993) menyatakan ikan kakap lebih populer disebut predator,ikan kakap dikelompokkan menjadi dua jenis yang masing-masing diidentifikasikan dengan nama kakap merah(Lutjanus argentimaculatus).

58. Ikan Biji Nangka(Upeneus mullocensin.)

Klasifikasi ikan biji nangka adalah termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili: Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin.(Saanin, 1984)

Ikan biji nagka (Upeneus mullocensin) hidup dilaut hangat. Ikan ini sering disebut belanak merah. Ikan Biji nagka bertubuh panjang dan bersisik besar, bermulut kecil. Matanya terletak di sisi atas kepala. Dibawah dagunya terdapat dua sungut peraba panjang untuk mencari makanan didasar laut. Sungut ini dapat dimasukkan kedalam alur tenggorakannya bila tidak digunakan. biji nangka biasanya berwarna merah dan kuning, ada yang dapat berubah warna (Shaw, 1990)

Moncong kepalanya tumpul, bibir yang berbentuk “V” jika dilihat dari depan terletak pada sudut oncong. sisik-sisiknya besar, sirip punggung pertama memiliki empat duri dan terpisah dengan sirip kedua yang hanya memiliki satu duri (Ommanney, 1985)

Tulang preorbital ¾ bidang antara bibir dan mata, sirip dubur memiliki 3 duri dan 9 jari-jari, 11 baris sisik melintang badan, 27-32 deret ssik sepanjang sisi badan. (Kottelat et al, 1993)

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) memiliki bentuk tubuh pipih agak panjang. Termasuk kedalam ikan yang memiliki tulang sejati. Warna tubuh keseluruhan berwarna merah, memiliki jari-jari sirip keras, lemah mengeras dan lemah. Tipe sisik ctenoid, lengkung insang berjumlah empat pasang, tidak memiliki alat pernafasan tambahan, termasuk kedalam golongan physostome, bentuk gigi pada mulut canine, molar dan viliform. Rangka terdiri dari tulang sejati.(Tim Iktiologi, 1989).

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) merupakan ikan yang tergolong sebagai ikan yang berasal dari perairan laut. ikan ini bersisik dari operculum sampai pada batang ekor, mempunyai sisik yang berbentuk ctenoid, ukuran mulut sedang, yaitu pada mulut dapat dimasuki oleh jari kelingking tangan. Bentuk tubuh simetris bilateral yang apabila dibelah secara membujur maka akan didapat kedua belah bagian tubuh sama dengan bagaakun yang lain. mempunyai linnea lateralis yang sempurna dari pangkal eprculum sampai pada pangkal ekor. Ikan ini mempunyai sirip yang sempurna yang terdiri dari siri punggung, sirip dada, sirip perut,sirip anus, dan sirip ekor, pada sirip punggung panjangnya mulai dari pangkal sirip dada sampai pada pertengahan sirip anus, sirip ekornya bercagak.(Lagler et al, 1977)

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae, bentuk tubuhnya hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini mempunyai banyak sifat-sifat yang sama, hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang tidak jelas, mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip ekor berlekuk, sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jari-jari keras, dan jumlah jari-jari keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang sungut (Djuhanda, 1981).

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin)mempunyai Ciri-ciri: Memiliki sirip punggung, bentuk sirip punggung sempurna, jumlah sirip punggung dua, letak sirip punggung dibelakang kepala bagian anterior badan, permulaan dasar sirip punggung didepan sirip perut, sirip dada oblique, posisi sirip dada dibawah linea lateralis persis dibelakang tutup insang, posisi sirip perut sub abdominal, sirip anus terpisah dengan sirip ekor, sirip anus tidak diliputi sisik, sirip ekor berbentuk bercagak. (Alabaster and Lloyod, 1982)

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) termasuk kedalam ordo: Malacoptergii, famili: Mugilidae, genus: Upeneus, spesies: Upeneus mullocensin. Yang merupakan kelompok ikan yang mempunyai ukuran tubuh yang cukup bervriasi, bentuk badan pipih compressed, mulut terletak diujung depan kepala, moncong dapat ditonjolan kedepan. Tubuh ditutupi oleh sisik-sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing, warna tubuh kemerah-merahan.(Weber and Beuafort, 1921).

59. Ikan Parang-Parang

Bentuk tubuhnya pipih,sirip punggungnya berjari-jari lemah ,dubur berjari-jari keras,sirip dada berjari-jari lemah begitu juga dengan sirip perut.Sirip perut jauh ke belakang ,di muka dubur tidak bergaris tusuk,perut tidak bersisik,gigi seperti tulang(Indera Syahrir,1993)

Ikan parang-parang tergolong pada kelluarga Trichiuridae, bentuk tubuhnya panjang gepeng dan hampir menyerupai bentuk pita(taeniform),ekornya panjang seperti pecut, kulitnya tidak bersisik ,warnanya putih seperti perak,sedikit kekunung-kuningan. Sirip punggungnya satu dimulai dari belakang kepala terus sampai ke ekor,jumlah jari-jari sirip lunaknya 140-150 buah.Sirip ekor tidak tumbuh.Sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas.Sirip dada mempunyai 11 jari-jari lunak.Sirip perut tidak ada .Rahang bawah lebih panjang dari pada rahang atasnya,kedua rahang bergigi yang kuat dan tajam-tajam,bersifat carnivore,panjang tubuhnya bisa mencapai lebih dari satu meter(Djuhanda 1981)

60. ikan Tongkol (Ethynnus pelamis)

SAANIN (1984). Juga menyatakan bahwa ikan Tongkol (Ethynnus pelamis) adalah jenis ikan Scombridae (ikan pelagis), secara taksonomi ikan tongkol diklasifikasikan ke dalam filum : Chordata,. Sub filum : Vertebrata. Klas : Pisces. Sub klas : Feleostei. Ordo : Percomorphi. Famili : Scombridae. Genus : Euthynnus. Spesies : Euthynnus pelamis.

Ikan Tongkol yang tergolong dalam family Scombridae mempunyai bentuk cerutu ,daging kulit yang licin,sirip dada yang melengkung ,ujung tirus , pangkalnya lebar, sirip ekor cagak dua dengan kedua ujungnya panjang dan pangkalnya bulat kecil(Djuhanda, 1981)

Menurut. RAHAYU. W. (1992) ikan tongkol termasuk dalam golongan ikan pelagis, perenang cepat, mempunyai kadar lemak yang rendah, serta mempunyai komposisi daging yang terdiri daging merah dan putih. Ikan tongkol masih dalam keluarga Scombridae, bentuk tubuh seperti cerucut, dengan kulit licin dan sirip dada melengkung.

Ikan tongkol (Euthynnus affinis) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh seperti cerutu, dengan kulitnya yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya tirus dan pangkalnya lebar.ekor bercagak duadengan kedua ujungnya yang panjang.sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dengan air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil (DJUHANDA, 1981).

Menurut Kollete dan Nauen(1983) Euthynnus affinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:badan berukuran sedang,memanjang seperti torpedo,mempunyai dua sirip punggung yang dipisahkan oleh celah sempit, sirip pertama diikuti leh celah sempit,sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahann,tidak memiliki gelembung renang ,warna tubuh pada bagian punggung gelap kebiruan dan terdapat tanda-tanda garis merah terpecah dan tersusun rapi.

Ikan Tongkol terdapat di seluruh perairan hangat Indo-Pasifik barat, termasuk laut kepulauan dan laut nusantara. Hidup di periaran epipelagik, merupakan spesies neuritik yang mendiami perairan dengan kisaran suhu antara 18-29°C.Ikan ini cenderung membentuk kelompok (school) multi spesies berdasarkan ukuran antara lain Thunnus albaceres kecil,Katsuwanus pelamis,Auxis sp.Terdiri dari 100-5000 individu .Puncak musim pemijahan bervariasi tergantung pada daerah seperti perairan Filipina bulan Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengan musim barat daya sampai permulaan musim musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan Agustus-Oktober.Ikan ini merupkan predator yang rakus memakan barbagai ikan kecil,udang dan cepalopoda sebaliknya juga memakan mangsa dari hiu dan marlin.Panjang baku maximum 100 cm dengan berat 13,6 kg,umumnya 60 cm .di Samudera Hindia usia 3 tahun panjang baku 50-65 cm(Kottelate dan Nauen ,1983).

Menurut Rahardjo(1980) Ikan Tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang mempunyai mulut yang berbentuk meruncing,langit-langit bergerigi,posisi D¹ dan D² berjauhan .Ikan Tongkol mempunyai rangka tulang dan mempunyai sirip ekor yang bercagak.

Ikan Tongkol merupakan ikan yang masih tergolong pada keluarga Scombridae,yang mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo dengan kulit yang licin.Sirip dada pada ikan ini melengkung,dan mempunyai sirip ekor yang bercagak(Nontji,1993)

SISTEM PENCERNAAN

Berdasarkan macam makanannya ikan dapat dibedakan menjadi lima macam golongan yaitu pamakan tumbuh-tumbuhan(herbivore atau vegetaris),pemakan hewan (karnivor), dan pemakan tumbuhan sekaligus pemakan hewan(omnivora) serrta pemakan plankton dan detricus(hancuran bahan organik) dan pemakan dasar(Effendie ,1997 ;Pulungan,Putra,dan Efizon ,2001)

System pencernaan pada ikan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu saluran pencernaan, dan kelenjar pencernaan. Pada saluran pencernaan pada ikan adalah terdiri dari beberapa organ yang menyatu menjadi satu saluran. Saluran ini mengelola makanan yang masuk melalui mulut dan akhirnya sisa dari pemprosesan makanan itu dikeluarkan melalui anus. Organ-organ yang menyusun saluran pencernaan pada ikan tidak sama untuk semua jenis ikan. Organ penyusun tersssebut meliputi mulut, pangkal tenggorokan(parinx), kerongkongan(osophagus), lambung(pentriculus), usus(intestinum)dan dikeluarkan keanus.(Manda,et al, 2006).

Menurut mudjiman(2001) setiap ikan mempunyai makanan yang berbeda. Jika dilihat dari jenis makanannya ikan dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu herbivore, karnivor, dan omnivore. Berdasarkan cara makannya ikan dibedakan menjadi lima golongan yaitu pemangsa(predator), penggerogot(grazer), penyaring(strainer), penghisap(sucker) dan parasit.

Berdasarkan bentuknya,gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaiu cardiform,viliform,canine,incisor,dan mola riform.Gigi filiform mirip dengan gigi cardiform,hanya lebih panjang dan memberikan gambar seperti memberikan rumbai-rumbai(Tim khtiologi,1989)

Menurut Bond(1979) pada umumnya esofagus ikan adalah pendek dan bisa membesar agar makanan yang agak besar dapat ditelan,dinding esofagus dilengkapi dengan lapisan otot dn memanjang,pada ikan tertentu esofagus bersambung dengan usus.

Saluran pencernaan ikan karnivora biasanya lebih pendek dari pada saluran pencernaan ikan herbivora,sebab bahan makanan nabati lebih sukar dicerna .Denngan adanya dinding selulosa yang alot pada tumbuh-tumbuhan,maka untuk mempermudah proses pencernaannya, ikan herbivora memerlukan usus yang lebih panjang yang bisa mencapai 3X panjang tubuhnya(Mudjiman,2001 an Putra et el, 2001)

SISTEM PERNAFASAN

Hela dan Laevastu (1970), mengemukakan bahwa arus membawa pengaruh terhadap tingkah laku ikan, migrasi dan distribusi ikan. Selanjutnya Pescod (1973), mengatakan bahwa kandungan CO2 yang aman dalam perairan adalah sebesar 12 ppm. Dengan adanya kandungan CO2 yang stabil dalam perairan, akan mempengarui sistem pernafasan yang terjadi pada ikan. Ikan baung termasuk golongan physostomi yang mempunyai ductus pneumaticus.

Kandungan O2 maupun CO2 yang terlarut dalam air mempengaruhi kehidupan ikan dalam air khususnya dalam bernafas. Kandungan oksigen sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Menurut Sweeta ( 1975 ), seperti hewan dan tumbuhan darat yang bernafas dengan oksigen, maka ikan akan juga memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk bernafas, dibandingkan dengan udara yang mengandung 10 cc / liter oksigen pada saat yang sama.

Darah adalah suatu plasma tempat beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal. Sistem peredaran darah pada ikan baung (Mystus nemurus) terdiri dari Jantung, vena, arteri dan kapiler yang masing-masing berfungsi untuk memompa darah, membawa darah ke jantung, membawa darah dari jantung dan menghubungkan arteri dan vena.

Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan ialah harus adanya persediaan oksigen yang cukup dalam jaringan. Kandungan oksigen sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Menurut Sweeta ( 1975 ), seperti hewan dan tumbuhan darat yang bernafas dengan oksigen, maka ikan akan juga memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk bernafas, dibandingkan dengan udara yang mengandung 10 cc / liter oksigen pada saat yang sama.

Berdasarkan pernyataan diatas, kandungan O2 maupun CO2 yang terlarut dalam air sangat mempengaruhi kehidupan ikan dalam air khususnya dalam bernafas. Boyd dan Litchkoppepler ( 1982 ), menjelaskan bahwa oksigen terlarut mencapai nilai terendah pada waktu subuh dan kemudian meningkat pada waktu siang, akhirnya mencapai nilai tertinggi pada waktu sore hari.

Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan ialah harus adanya persediaan oksigen yang cukup dalam jaringan. Kandungan oksigen sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Menurut Sweeta ( 1975 ), seperti hewan dan tumbuhan darat yang bernafas dengan oksigen, maka ikan akan juga memerlukan oksigen terlarut dalam air untuk bernafas, dibandingkan dengan udara yang mengandung 10 cc / liter oksigen pada saat yang sama.

Ikan-ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan lebih cenderung naik keatas permukaan air untuk mengambil oxygen bebas dan menyimpannya dalam alat pernafasan tambahan sehingga apabila sewaktu-waktu kadar oxygen yang terlarut dalam air menurun maka ikan tersebut akan menggunakan oxygen cadangan yang ada dalam alat pernafasan tambahan sehingga ikan tersebut dapat bertahan hidup meskipun kadar oxygen rendah (Kottelat, 1993).

Ikan seperi makluk hidup lain membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme dan membuang gas CO2 sebagai hasil sisa metabolismenya didalam sel. Alat pernafasan utama pada ikan adalah insang, yang merupakan tempat oksigen terlarut dalam air masuk dan gas co2 meninggalkan tubuh. Seperti halnya pada binstsng vertebrata lainnya, sel darah merah pada ikan berperan sebagai pembawa darah yang efisien. Sel darah merah ini mengandung hemoglobin yang merupakan pigmen respirasi. Hemoglobin adlah suatu protein yang mengandung ikatan besi-porfirin dengan berat molekul kira-kira 67000. pada ikan teleostei, jantung umumnya terdapat dibelakang insang, dibagian depan rongga badan dan diatas ithmus. Organ jantung ini dilapisi oleh selaput tipis yaitu lapisan pericardium.(Rahardjo, 1980).

Tiap-tiap filamen insang terdiri dari banyak bagian yang disebut lamella, yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas. Pinggiran lamella yang tidak menempel pada lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epithelium yang mengandung jaringan pembuluh darah kapiler. (Tim ikhtiologi, 1989).

SISITEM PEREDARAAN DARAH

System peredaran darah pada ikan adalah system peredaran darah tunggal. Jantung sebagai tempat pemompa darah yang diselimuti oleh pericardium. Jantung terdiri dari dua bagian yaitu: atrium dan ventricle yang berdinding tipis dan tebal. Pada jantung terdapat rung tambahan berdinding tipis yaitu sinus venusus sebagai penampung darah dan duktus cuvieri dan vena hepaticus yang mengirimnya keatrium, yang berfungsi menghalangi darah yang masuk keventricle tidak masuk lagi keatrum oleh atrio ventricular(Went, 1979)

Menurut Tim Ikhtiologi(1989) pada umumnya sisitem peredaraan darah pada ikan adlah peredaraan darah tunggal.Sistem peredaraan darahnya terdiri dari jantung yang berfungsi sebagai pemompa darah, vena berfungsi sebagai pembawa darah ke jantung ,dan arteri berfungsi sebagai pembawa darah dari jantung dan kapiler berfungsi sebagai penghubung antara arteri dan vena

SISTEM SYARAF

Laggler et al (1977), membagi otak menjadi lima bagian yaitu telencephalon (bulbus olfactorius, tractus olfactarius dan lubus olfactorius). Diencephalon (badan pineal, kelenjar hipopisis). Mesencephalon (lobus opticus dan infubullum). Metancephalon (cerebellum). Myelencephalon (medulla oblongata dan spinal cord).

Efendi (1970) pada ikan embrio otak merupakan organ yang mula-mula terbentuk, unit terkecil sel syaraf adalah neuron yang terdiri dari penjuluran suatu plasma dan badan sel.

Pada bagian bawah kepala ikan terdapat kelenjar hipofisa yang disebut juga sebagai master of gland karena memiliki banyak fungsi. Menurut Partodihardjo (1987), menyatakan bahwa hipofisa ditemukan oleh Visalius, seorang ahli anatomi berkebangsaan Yunani. Kelenjar ini awalnya disebut sebagai pituita dan kemudian berubah menjadi pituitary.

System syaraf pada ikan dapat dibagi dua yaitu sistem cerebro spinal dan sistem autonomik. Sistem cerebro spinal pada ikan terbagi atas bagian pusat mencakup otak dan spinal cord dan bagian perifer meliputi syaraf spinal, syaraf cranial dan organ sensori yang terdiri dari mata.Pada umumnya ikan tidak mempunyai pelupuk mata,kecuali pada Elasmobranchi yang berupa membran yang dapat mengejapkan mata.Pada beberapa anggota Teleostei yang termasuk perenang cepat terdapat adifose cyc_lid yang berfungsi untuk pelindung dan untuk perampingkan kegembungan mata di bawah permukaan kepala . (Tim Iktiologi, 1989).

Otak pada ikan terbungkus oleh kotak otak terletak di daerah kepala. Kotak otak berperanan sebagai pelindung otak, karena otak merupakan organ yang lunak da lembut. Otak yang terdapat dalam tengkorak kepala dibedakan menjadi cerebellum (otak kecil) dan cerebrum. (Manda et al, 2005)

Djuhanda (1981), Pada organ sensori terdiri atas mata yang berfungsi untuk melihat, mata ikan terdiri dari bagian ruang depan, lais, ruang vitrous dan retina. Organ pembau yang terletak pada kantung di bagian atas rostrum dan biasanya tepat didepan mata. Dan yang terakhir adalah organ pengecap, bentuknya membulat dan terdiri atas beberapa sel panjang yang berfungsi sebagai sel penerima impuls rasa, terletak dalam kulit dan palng banyak dijumpai di daerah mulut, pharinx dan lengkung insang.

Menurut LUKYSTIOWATI (1980), system syaraf pada ikan dibagi menjadi dua bagian yaitu system cerebro spinal dan system outonomik. System cerebro spinal terdiri dari syaraf pusat (nervous central) yaitu otak pada sum-sum tulang belakang dan syaraf tepi (nervous periphericium) yaitu semua syaraf yang berpusat pada medulla spinal).

RAHARJO dan RIDWAN (1980) mengemukakan bahwa system syaraf terbagi atas syaraf pusat yang mencangkup otak dan spinal cord , susunan syaraf periferal yang mencangkup cranial, syaraf spinal dan cabang dari keduanya. Selain itu ada juga organ khusus seperti mata, lensa lateraus, hidung dan telinga. Dari otak terdapat sebelas syaraf cranial yang menyebar keorgan-organ sensori tertentu dan otot-otot tertentu. Sebagian besar syaraf cranial berhubungan dengan bagian-bagian kepala , tetepi ada juga yang berhubungan dengan bagian tubuh, sebelas syaraf cranial hanya terdapat pada vertebrata tingkat rendah.

EFENDI (1970) pada ikan embrio otak merupakan organ yang mula-mula terbentuk, unit terkecil sel syaraf adalah neuron yang terdiri dari penjuluran suatu plasma dan badan sel.

LAGGLER et, al (1977), membagi otak menjadi lima bagian yaitu telencephalon (bulbus olfactorius, tractus olfactarius dan lubus olfactorius). Diencephalon (badan pineal, kelenjar hipopisis). Mesencephalon (lobus opticus dan infubullum). Metancephalon (cerebellum). Myelencephalon (medulla oblongata dan spinal cord).

Pada bagian bawah kepala ikan terdapat kelenjar hipofisa yang disebut juga sebagai master of gland karena memiliki banyak fungsi. PARTODIHARDJO (1987), menyatakan bahwa hipofisa ditemukan oleh Visalius, seorang ahli anatomi berkebangsaan Yunani. Kelenjar ini awalnya disebut sebagai pituita dann kemudian berubah menjadi pituitary.

Perkembangan embrionik tengkorak ikan berasal dari tiga sumber yaitu Chondrocranium, Democranium dan splanchhnocranium. Chodrocranium adalah pembungkus otak yang berasal dari tulang rawan (Tim ikhtiologi, 1989).

SISTEM RANGKA

Menurut Effendi dan Ichsan (1972) bahwa tulang punggung pada ikan merupakan ruas-ruas tulang yang dilengkapi oleh sepasang tulang ruusk kiri dan tulang rusuk kanan yang berfungsi melindungi organ-organ dalam tubuh ikan. Pada tulang ekor terdapat satu cucuk neural, bentuk tulang ekor dan beberapa tulang belakang yang dapat mempengaruhi bentuk ekor.

Tulang-tulang penyusun rangka pada ikan dibagi menjadi 3 yaitu rangka Axial yang terdiri dari tulang tengkorak,tulang punggung,dan tulang rusuk.Tulang viscercal yang terdiri dari seluruh tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya.Tulang Apendicular yang terdiri dari sirip dan pelekat-pelekatnya.(Manda et el,2006)

Sistem rangka yang terdapat pada ikan pada umumnya memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai penegak tubuh ,berfungsi untuk menunjang dan menyokong organ-organ tubuh dan berperan dalam pembentukan butir darah.Secara tidak langsung rangka pada ikan menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam.Rangka-rangka tersebut rangka pada ikan menentukan bentuk ikan yang beragam.Rangka-rangja tersebut berasal dari mesoderm.Jaringan-jaringan pada rangka adalah jaringan-jaringan pengikat ,tulang rawan dan tulang keras(duri).Rangka pada ikan dibagi atas tiga bagian yaitu Axial,visceral,dan Apendicular(Tim Ikhtiologi,1989)

Sistem Reproduksi

Ikan terkenal sebagai makhluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta butir tiap tahun.Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat sekali dengan ikan(Tim Ikhtiologi,1989)

Testis pada ikan terdapat di dalam tubuh ,bentuknya sangat bergantung pada rongga tubuh yang tersedia.Pada umumnya berbentuk memanjang,jumlahnya sepasangyang menggantung pada rongga tubuh .Posisinya persis di bawah tulang punggung di samping gelembung udara,warnanya mulai dari transparan sampai berwarna putih susu.

Pembentukan spermatozoa dari spermatogonia didalam testis disebut spermatogenesis. Proses ini meliputi penggandaan/proliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang-ulang dan tumbuh membentuk spermatocyt primer, kemudian melalui pembelahan reduksi (meiosis) membentuk spermatocyt skunder. Spermatocyt skunder membelah menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfosis menjadi gamet yang “motil” (dapat bergerak) dengan bantuan ekornya yang dapat bergerak dan punya potensi faali yang dinamakan spermatozoa. Proses metamorfose spermatid sering dinamakan “spermiogenisis” (Tim Iktiologi, 1989).

Seksualitas ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual skunder dan seksual primer. Pengamatan seksual primer harus dengan pembelahan diperut ikan. Sedangkan seksual skunder dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi yaitu bentuk tubuh. Organ pelengkap dan warna (Efendie, 1978).

Berdasarkan tempat ikan memijah, ikan dapat digolongkan kedalam beberapa golongan, yaitu golongan ikan phytopil yang memijah pada tanaman. Golongan psampil memijah dipasir, pelagopil memijah pada kolam pada perairan dan golongan ikan ostracopil pada cangkang binatang yang telah mati (Raharjo, 1980).

Ukuran warna gonad bervariasi tergantung kematangan sel telur tersebut. Beratnya biasanya mencapai 12 % dari berat tubuhnya. Kebanyakan testis transparan dan putih. Sedangkan ovari kekuningan (Manda et al, 2005).

Menurut Lagler et al (1977), urutan perkembangan ikan terdiri dari embrio dini (early embryonic), embrio transisi atau larva pada pasca embrio. Embrialogi mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan organogenisis sebelum menetas atau lahir.

Pada proses reproduksi, sebelum terjadi ppemijahan sebagian besar hasil metabolisme terjadi untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan bertambahnya besar ukuran ikan (Effendie, 1972)

Ovari pada ikan terdapat didalam tubuh ikan betina. Bentuknya juga sangat bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Tetapi pada umumnya mempunyai bentuk yang memanjang. Jumlahnya sepasang dan mengantung pada mesenteries. Dengan posisi persis tepat dibawah tulang punggung dan ginjal serta terdapat disamping gelembung udara (Manda et al, 2005).

Menurut Alawi et al (1990). Pada ikan baung jantan lubang genital agak memanjang dan terdapat bagian yang meruncing kearah caudal. Alat ini mungkin sebagai alat Bantu dalam mentransfer sperma saat melakukan pemijahan. Sedangkan pada ikan betina, lubang genital bulat, lubang ini akan berwarna kemerahan bila ikan tersebut telah mengandung telur pada tingkat kematangan gonad (TKG) V. Selanjutnya Siregar et al (1992). Menyatakan bahwa ovarium merupakan bagian alat kelamin betina yang utama, karena menghasilkan telur sering disebut indung telur. Ovarium mengandung komponen yang sangat penting yaitu folikel. Folikel pada uvarium berasal dari epitel.

Pulungan et al (1985), menyatakan perbedaan ikan jantan dan betina pada jenis yang sama dapat dilihat pada ukuran kepala, bentuk kepala, permukaan tengkorak kepala, bentuk badan, bentuk perut, dasar sirip dada, bentuk sirip perut, ekor, punggung, anus serta ukuran lobang pelepasan.

Pada seksualitas ikan dipelajari tentang jenis kelamin dari suatu spesies ikan karena individu setiap spesies ikan memiliki ciri – ciri khusus sebagai penentu apakah individu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina. Penampakan ciri – ciri tersebut dapat diketahui melalui pengamatan terhadap organ reproduksi yang dimiliki dan juga dapat dilihat melalui penampakan ciri - ciri pada permukaan tubuhnya.(Pulungan, 2005) .

Ikan jantan mempunyai kelenjer yang berwarna putih yang permukaan licin,berisis sel-sel kelamin jantan(sperma) dan saluran pelepasan disebut vasdeferens.Saluaran ini bertemu dan bersatu dengan saluran kencing.Sedangkan pada ikan betina kelenjer kelaminnya mempunyai permukaan kasar,berbintik-buntik, berisi sel telur dan saluranpelepasan disebut dengan oviduct.(Soeripto ,1982)

Effendie(1979) menyatakan bahwa sifat seksualitas primer pada ikan ditandai dengan adanya yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya.Sifat seksual sekunder adalah tanda-tanda luar yang dipakai untuk membedakan jantan dan betina.Apabila suatu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina,maka spesies ini mempunyai sifat dicromatisme.Pada ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan menarik pada ikan betina.

Lagler et el(1977)menyatakan bahwa perbedaan ikan jantan dan ikan betina pada jenis ikan yang samadapat dilihat pada ukuran kepala,bentuk kepala ,permukaan tengkorak kepala, bentuk sirip ekor ,bentuk badan, bentuk perut, bentuk sirip anus , dasar sirip dada, bentuk sirip perut dan sirip anus beserrta ukuran lubang pelepasan alat kelamin.

Tingkat kematangan gonad dari suatu spesies ikan ada kaitannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor lingkungan.Tahapan-tahapan perubahan dan perkembangan gonad dari suatu individu ikan adalah pengetahuan yang asngat penting dalam biologi perikanan.Dari data perubahan perkembangan ovari dan testis dapat dibandingkan antara ikan yang belum dewasa dan ikan yang sudah dewasa, antara ikan yang sudah matang gonad dan yang belum,antara ikan yang akan bereproduksi dengan yang sudah bereproduksi.Bahkan dapat diketahui pada ukuran berapa pertama kali ikan itu mulai matang gonad,memijah dan bisa pula diketahui saat ikan itu selesai memijah.(Lagler et el,1997)

SISTEM OSMOREGULASI

Stu hal yang menarik dalam penyesuaian ikan terhadap lingkungannya ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan dalam tubuhnya.Ikan-ikan mempunyai yekanan osmotik yang berbeda dengan lngkungannya,ini mengakibatkan mereka harus mencegah kelebihan air atau kekurangan iar.Cairan tubuh ikan tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari pada lingkungannya,garam-garam dalam tubuh cenderung keluar.Sebaliknya ikan yang hidup di laut mempunyai tekanan osmotik yang lebih kecil dari pada lingkungannya,sehingga terdapat kecenderungan gara-garam masuk ke dalam tubuh dan air ke luar.(Tim Ikhtiologi ,1989)

Cairan tubuh golongan Elasmobranchii umumnya mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar dari pada lingkungannya.Tekanan osmotik tubuhnya sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam melainkan oleh tingginya kadar urea dan TMAO dalam tubuh.Karena cairan dalam tubuhnya yang hiperostomik terhadap lingkungannya,golongan ikan ini cenderung menerima air lewat difusi,terutama melalui insang.(Tim Ikhtiologi ,1989)

Organ pengeluaran pada ikan terdiri dari atas Mesonepros (berjumlah sepasang berwarna merah tua dan terletak diantara gelembung renang dan tulang punggung dengan bentuk yang bervariasi agak memanjang dan mempunyai bagian yang membesar dan terjepit diantara kedua bagian pneumatocyt ),Ureter(merupakan saluran dari Mesuneprus) dan Vesica Urinaria(merupakan persatuan ureter kanan dan kiri)(Sumantadinata .K ,1983)

SISTEM OTOT DAN INTEGUMEN

Integumen merupakan sistem pembalut tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya. Kulit selain berfungsi sebagai pembalut tubuh juga berguna sebagai alat pertahanan pertama terhadap penyaklit, perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan, alat ekskresi dan osmoregulasi dan alat pernafasan tambahan pada bebeapa jenis ikan (TIM IKHTIOLOGI, 1989).

Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaran-lingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).

Kulit sebagai pembungkus pada ikan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut dengan epidermis dan lapisan dalam yang disebut dengan dermis atau corium. Lapisan dalam dari epidermis merupakan pertumbuhan sel yang aktif. Lapisan dermis berisi saluran darah, urat saraf, organ peraba dan jaringan penghubung. Lapisan dermis berperan dalam pembentukan sisik dan erat kaitannya dalam pembentukan struktur integumen (MANDA et al., 2005).

Jari-jari sirip yang terdapat pada kelima jenis sirip pada ikan tersebut terdiri dari jari-jari lemah, yaitu jari-jari yang elastis, transparan, beruas-ruas dan bercabang pada ujungnya. Selanjutnya jari-jari lemah yang mengeras, yaitu jari-jari sirip yang telah mengeras hampir menyerupai duri, tetapi masih beruas-ruas. Dan juga terdapat jarijari keras, yaitu jari sirip yang berbentuk seperti duri, keras, tidak elastis, tidak beruas-ruas dan tidak bercabang pada ujungnya (MANDA et al, 2005).

Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaran-lingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).

Ikan mempunyai tiga mcam urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging. Gerakan ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging) dapat disebut sebagai gerak aktif. Bila dilihat secara keseluruhan, urat daging bergaris di seluruh tubuh terdiri kumpulan blok urat daging. Tiap-tiap blok urat daging ini dinamakan myotomo. (Tim Iktiologi, 1989). Pada beberapa jenis ikan terdapat beberapa bentuk linnea lateralis seperti garis lurus, hampir menyerupai garis lurus, melengkung ke atas dan melengkung ke bawah.

Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaran-lingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).

Ikan mempunyai tiga mcam urat daging yaitu urat daging bergaris, urat daging licin dan urat daging. Gerakan ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging) dapat disebut sebagai gerak aktif. Bila dilihat secara keseluruhan, urat daging bergaris di seluruh tubuh terdiri kumpulan blok urat daging. Tiap-tiap blok urat daging ini dinamakan myotomo. (Tim Iktiologi, 1989). Pada beberapa jenis ikan terdapat beberapa bentuk linnea lateralis seperti garis lurus, hampir menyerupai garis lurus, melengkung ke atas dan melengkung ke bawah.

Jumlah sisik untuk setiap individu selalu tetap, dan jika ikannya tumbuh sisiknya tumbuh menjadi bertambah besar. Pada ikan-ikan yang hidup di daerah dua musim, pertumbuhan sisiknya dapat dilihat dengan jelas berupa lingkaran-lingkaran tumbuh. Umur ikan dapat ditentukan dengan jalan menghitung banyaknya lingkaran tumbuh pada sisikk. (Djuhanda, 1981).

Otot rangka lateral yang terdapat di bawah kulit ikan menurut tipe arsitekturalnya dapat digolongkan kedalam bentuk piscine dan cyclostomine. Dimana letak dari otot tersebut berada pada bagian atas septum horizontal (musculus epaxiales) dan pada bagian bawah dari septum horizontal (musculus hypaxiales).

Raharjo(1980) Mengemukakan system otot disebut juga dengan system urat daging yang berfungsi sebagai pembentuk tubuh dan penghasil daya gerak terhadap ikan. Effendi (1979), Ranka yang menjadi penegak pada ikan teleostei terdiri dari tulang sejati, sebagian dari tulang teloestei pada mulanya dibentuk fase tulang rawan, kemudian materialnya diubah menjadi tulang sejati bentuk yang khusus. Otak ikan selain disusun oleh neuron juga dilengkapi jaringan yang lain seperti epitel tulang, jaringan pengikat, otot dan darah.

Integument merupakan system pembalut tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan edrivat-derivatnya. Kulit selain sebagai pembalut tubuh juga berguna sebagai alt pertahanan pertama terhadap penyakit, perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan, dan juga termasuk alt ekskresi dan osmoregulasi dan alat pernafasan tambahan pada beberapa jenis ikan (Tim ikhtiologi, 1989).

Linnea Lateralis

Manda et al (2005), Linnea Lateralis pada ikan adalah garis yang dibentuk oleh pori, jadi linnea lateralis ini terdapat pada ikan yang bersisik maupun tidak bersisik. Bentuk linnea lateralis umumnya bervariasi demikian juga jumlah sisik yang membentuk linnea lateralis. Data pengukuran bagian-bagian dari tubuh suatu spesies ikan penting artinya untuk keperluan determinasi hubungan morphometrik dan analisa pertumbuhan.

sistem pencernaan, sistem rangka, sistem ekskresi, sistem pernapasan dan sistem reproduksi, diantara ke sepuluh sistem ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Linea lateralis merupakan garis yang terdapat pada badan ikan yang terbentuk oleh adanya pori, dimana linea lateralis ini dapat ditemukan pada ikan yang bersisik atupun tidak bersisik. Bentuk linea lateralis pada ikan pada umumnya bervariasi, demikian juga dengan sisik yang membentuk linea lateralis (Manda et al, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H., A. Muchtar, C. P. Pulungan dan Rusliadi, 1990. Beberapa aspek biologi ikan baung (Mystus nemurus) yang tertangkap disekitar perairan Teratak Buluh Sungai Kampar pusat penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 36 hal (tidak diterbitkan).

Allabaster, J. S. and Lloyd, R. (1982).Water quality criteria for freshwater fish, 2nd ed. Butterwotrhs, London.

ALLEN,G.R. and COATES,D. 1990. An Ichthyological survei of the Sepik River, Papua New Guinea

Andreas dan Soeharmoko. 1997. Inventarisasi Jenis Ikan Yang Tertangkap Dengan Jaring Di Kabupaten Bengkalis. Riau.

ARSYAD, H dan R. E. HARDINI, 1987. Penuntun Praktis Budidaya Perikanan. P. D. Mahkota. Jakarta. 14 halaman.

Bleeker et al. 1965. Morfologi dan anatomi pada ikan. Bagian I. Surabaya.

Boyd, C.E and F. Litchkoppepler, 1982. Water qualitymanagement in pond fish reseach and development agriculture exsperiment station Auburn University, Auburn 30 pp

DAMANIK, N. 2001. Inventarisasi Ikan ordo Cypriniformes yang terdapat di Waduk PLTA Koto Panjang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek Lapang, Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 44 halaman (tidak Diterbitkan).

Davi, b. F dan a. Chounard, 1980. Induced Fish Breeding In Southeat Asia. IDRC-178. Ottawa. 48 p.

Davis, C. C. 1995. the Marine and Freshwater Plankton. Michigan States University Press. New York.

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI. 1995. Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Barat dan Riau (tidak diterbitkan).

DINAS PERIKANAN KABUPATEN BENGKALIS. 1996/1997. Kebijaksanaan umum tentang perikanan dan kelautan. Bengkalis. 27 hal

DINAS PERIKANAN dan KELAUTAN PROPINSI RIAU, 2001. Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan propinsi Riau. 45 hal (tidak diterbitkan).

Djadjadiredja, R.,S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta

DJUHANDA, T. 1981. Dunia ikan. Armico Bandung. 190 halaman.

EDMONSON, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

EVY,R., ENDANG MUJIANI dan K. SUJONO.2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal.

Feliatra, Arthur Brown, Syafril Nurdin, Kusai, Putu Sedana, Sukendi, Suparmi,Elberizon. 2003. Pengantar Perikanan dan Ilmu Kelautan II.Faperikan Press Universitas Riau. Pekanbaru.180 hal

FRIDMAN, A. L., 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Diterjemahkan Tim Penerjemah BPPI Semarang. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan Semarang, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 304 hal.

Gaffar, A.,K. dan Z., Nasution. 1990. Upaya domistifikasi ikan perairan umum. Jurnal Litbang, IX (4) : 69-75.

GUNARSO, W., 1985. Suatu Pengantar Tentang Fish Behaviour dalam Hubungannya dengan Fishing Taktik dan Fishing Teknik. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 144 hal.

HAMIDY, Y., M. AHMAD, T. DAHRIL, H. ALAWI dan C. P. PULUNGAN. 1983. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Ikan di Sungai siak, Riau. Pusat Penelitian Universita Riau, Pekanbaru. 63 hal (tidak diterbitkan).

HUET, M. 1971. Text Book of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fish Fishing (New Book) Ltd. London.

KLUST, G., 1987. Bahan jaring untuk alat penangkapan ikan. Balai pengembangan penangkapan iakn Semarang, Semarang. 188 hal.

KOTTELAT, M., A. J. WHITTEN., S. N. KARTIKASARI dan S. WIROATMODJO. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Limited. Munich, Germany. 293 hal.

KORDI, 2000. Budidaya Ikan Nila. Dahara Prize. Semarang. 205 halaman.

Lagler, K.F., J. E. Bardech, R.R. Miller,. D.R. Dassino. 1977. Ichthyologi. Jhon Wiley and Sons, inc. New York. 506 p.

LOVELL, 1988. Nutrition and feeding of fish. Van nostrand Reinhold Now York. 260 p.

Manda, R., I. Lukystiowati, C. Pulungan dan Budijono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.

MAKBARINSYAH. 1996. Jenis-jenis ikan penting dan ekonomis disungai rokan kiri. (tidak diterbitkan). Pekanbaru, 62 hal.

MOHSIN . A.K. M dan M.A. AMBAK 1992. Ikan air tawar di Semenanjung Malaysia. Dewan Bahasa dan Balai Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 281 Halaman.

Mohsin dan Ambak 1992. Makanan Ikan penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal

Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Situbondo. 190 hal.

Mustamin, 1997. Pemijahan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Dengan Intervensi Hormon LH-R Analog. Loka Bududaya laut Batam. Batam. 19 hal.

Nelson, J.S., 1984. Fisher Of the Word. John Wiley and Sons, New York 524 p.

Nontji.1993.Laut Nusantara.Jakarta:Djambatan.368 hal.

NOVRIYENNI. 1995. Inventarisasi Jenis Fitoplankton di Sungai Sail Kelurahan Tangkerang Kecamatan Bukit Raya Pekanbaru. UNRI. Pekanbaru. 55 hal (tidak diterbitkan.

Ommanney.1985.The fishes.Tira pustaka: Jakarta.

Partodihardjo, S., 1987. Ilmu reproduksi hewan. Mutiara Sumber Wijaya, Jakarta. 588 Halaman

PULUNGAN, C. P. 1987. Potensi Budidaya Ikan Kapiek dari sungai Kampar Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 73 hal (tidak diterbitkan).

PULUNGAN, C. P. 2000. Deskripsi ikan-ikan air tawar dari Waduk PLTA Koto Panjang. Riau. Puasat Universitas Riau. Pekanbaru 34 hal. (tidak diterbitkan).

RAHARDJO, S. 1980. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.

RAHAYU. W. 1992. Tekhnologi Fermentasi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi. IPB, Bogor140 hal

Ratna. E. 1997. Usaha Perikanan di Indonesia. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 150 hal.

Roberts, T. R. (1989). The Fresh water Fishes of western Borneo (Kalimantan barat, Indonesia). Calif. Acad. Sci. Mem. 14:1-210

Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.

Shaw, Jim. 1990. Kehidupan didalam air. Tira pustaka : Jakarta.

SIHOTANG, C. 1989. Limnologi I. fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal (tidak diterbitkan).

SUBARDJA, D.S.B.B. ABDUL MALIK. H. SUHERMAN dan ASNAWATI (1995) Pengenalan Jenis ikan di Perairan Umum Jambi Bagian I. Ikan-ikan sungai utama Batang Hari, Jambi. Dinas Perikanan Provinsi Daerah Tingkat I, Jambi. 144 Halaman.

SUMANTADINATA, K. 1983 Pengembangbiakan ikan-ikan pemeliharaan di indonesia.

Sunyoto. P dan Mustahal. 1997. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Susanto, H. 1996. Membuat Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

SWINGLE. A. S. 1968. Standardization of Chemical and Analisys for Water and pond muds. FAO World a Symposium on Warm Water Pond Fish culture. Fishery Report 44 (4) 397-421 pp.

Sweeta. I. N. 1975. Sifat-sifat air pada umumnya dan untuk budidaya ikan. T.C. Perikanan, Sukabumi 49 hal.

Syamsudin, A. R. 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara.Jakarta. 49 hal.

Tang, U., M., dan Effendie., 2000. Teknik budidaya Ikan Baung (Mystus nemurus). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 76 hal.

Tim Iktiologi. 1989. Iktiologi. IPB Fakultas Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor.

WARDOYO, S. T. 1981. Kriteria Kualitas Air untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Trainning Analisa Dampak lingkungan PDLH-UNDP-PUSDI-PSL dan IPB Bogor 40 hal (tidak diterbitkan).

WEBER, M and L. F. de BEAUFORT. 1916. The Fishes of the Indo Australian Archipelago III. Brill ltd. Leaden. 455 pp.

Welcomme,R.L.1985.River Fisheries.Fao Fish Technology Pap,330 pp.

Widodo,J.1982.Kontrol Terhadap Usaha Penangkapan Sebagai Salah Satu TeknikPengelolaan Sumberdaya Perikanan.Terubuk V111(131).Himpunan Alumni Fakultas Perikanan Universitas Riau.Pekanbaru.52 Hal.

YUNIARTI. 2000. inventarisasi dan identifikasi ikan Channidae yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek lapang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).

2 Komentar untuk "literatur perikanan"

kiki_AsHiLLah mengatakan...

Udah Lengkap....Tapi Lengkapi Ikan Kakapnya dooooong....
Aku dapat tugas itu dari Kampusq....

martua manullang mengatakan...

bagus bgt lah bg blog nya..
ik'10

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel