KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI PARASIT PADA IKAN KERAPU
DI KERAMBA JARING APUNG TELUK EKAS,
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT
Fris Johnny1) , Des Roza1) dan Prisdiminggo2)
1) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali PO BOX 140, Singaraja 81101, Bali
2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat PO BOX 1017 Mataram 87010 Mataram
ABSTRACT
The groupers cultured on net cages have developed at Ekas Bay, District Lombok Timur, NTB by Research Institute for Technology Agricultured NTB. Groupers culture as humpback grouper, Cromileptes altivelis, tiger grouper, Epinephelus fuscoguttatus, and orangespotted grouper, Epinephelus coioides. An experiment to identify some parasites that commonly infest on groupers has been conducted at net cage by Patology Laboratory of Institute Research for Mariculture, Gondol. Parasites were identified microscopically. Results showed that common parasites infest on groupers were Neobenedenia, Diplectanum and Haliotrema.
Keywords: parasitic diseases, groupers, net cage, Ekas Bay
ABSTRAK
Upaya budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung telah dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB di Teluk Ekas, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Ikan kerapu yang telah dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus,dan ikan kerapu lumpur, Epinephelus coioides. Penelitian untuk mengetahui jenis parasit yang menginfeksi ikan kerapu di keramba jaring apung telah dilakukan di Laboratorium Patologi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. Sampel parasit diidentifikasi dengan pengamatan langsung secara mikroskopis terhadap preparat segar dari insang dan parasit yang diperoleh melalui perendaman ikan dalam air tawar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa parasit yang menginfeksi ikan kerapu adalah Neobenedenia, Diplectanum dan Haliotrema.
Kata kunci: penyakit infeksi, parasit, ikan kerapu, keramba jaring apung, Teluk Ekas
PENDAHULUAN
Budidaya ikan kerapu pada beberapa lokasi di Indonesia semakin berkembang, terutama budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung (KJA). Hal ini disebabkan karena semakin tersedianya benih secara teratur, baik dalam jumlah maupun ukuran. Panti benih di Gondol, Bali bagian utara telah semakin berkembang dan mampu menjamin pasokan benih. Pada awalnya benih ikan kerapu sangat mengandalkan pasokan alam yang jumlahnya sangat terbatas dan waktu pasok yang tidak menentu. Karena itu pemerintah mendorong segala upaya yang mengarah kepada kegiatan budidaya ikan kerapu khususnya melalui jaring apung di laut (Subiyanto et al., 2001).
Usaha budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif sumber penghasilan untuk meningkatkan pendapatan bagi nelayan. Apabila usaha budidaya berkembang, maka produksi ikan dapat ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya. Dampak lebih lanjut dari usaha ini adalah kesejahteraan masyarakat nelayan mengalami peningkatan (Akbar, 2001).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB telah mencoba mengembangkan keramba jaring apung di Teluk Ekas, Desa Batunampar, Lombok Timur, NTB. Usaha budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung yang dikembangkan adalah jenis ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus, dan ikan kerapu Lumpur, Epinephelus coioides. Pengembangan usaha budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung mempunyai kelebihan antara lain rendahnya biaya operasional dibandingkan dengan nilai ekonomi yang dihasilkan serta teknologi budidayanya yang relatif sederhana dan mudah diadaptasikan di masyarakat petani nelayan secara luas.
Salah satu permasalahan yang timbul pada budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung adalah terjadinya penyakit. Kematian ikan kerapu di keramba jaring apung dan induk ikan kerapu di panti benih merupakan kendala yang sering dihadapi. Pada ikan kerapu yang mati biasanya banyak ditemukan parasit, baik pada insang, kulit, maupun mata. Ikan kerapu yang dibudidayakan pada keramba jaring apung pada kondisi kepadatan tinggi, dan jaring kotor serta jarang diganti dan dibersihkan, memacu kecepatan perkembangbiakan organisme parasit dan penyakit sehingga dapat merugikan inang, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Leong (1994) melaporkan infeksi parasit pada ikan kerapu dan ikan kakap telah dilaporkan oleh di Malaysia dari spesies Benedenia. Di Indonesia infeksi oleh parasit Benedenia, Neobedenia, Diplectanum, Pseudorhabdosynochus, Haliotrema, Trichodina, Lepeophtheirus, dan Cryptocaryon irritans pada ikan kerapu dilaporkan Zafran et al. (1997). Dari pengamatan parasit pada ikan kerapu di Gondol, Neobedenia lebih dominan dibanding Benedenia dan ukurannyapun terlihat lebih besar (Zafran et al., 1997). Parasit Neobedenia girellae ditemukan di Jepang pertama kali pada tahun 1991, parasit ini sekarang termasuk patogen yang penting di Jepang, sebab dapat mematikan inang, tingkat spesifik inang yang rendah, dan tersebar luas (Ogawa et al., 1995). Parasit ini terutama ditemukan di daerah tropis (Bondad-Reantaso et al., 1995). Parasit Diplectanum dilaporkan menyerang ikan laut budidaya pada keramba jaring apung di Singapura, dan parasit Haliotrema menginfeksi ikan kakap, Lutjanus johni (Leong, 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang menginfeksi ikan kerapu di keramba jaring apung.
METODE
Ikan Uji
Ikan uji adalah ikan kerapu yang dibudidayakan di dalam keramba jaring apung di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB. Jenis ikan kerapu yang diuji yaitu; ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus, dan ikan kerapu Lumpur, Epinephelus coioides dengan bobot antara 80 – 240 gram.
Identifikasi Parasit
Pertama, dilakukan pemotongan sedikit lamella insang, diletakkan pada kaca slide dan diamati serta diidentifikasi secara langsung dengan menggunakan mikroskop. Kedua, sampel parasit diperoleh dengan cara merendam ikan kerapu dalam air tawar selama 10-15 menit sampai parasit yang menempel pada ikan terlepas. Parasit yang terlepas selanjutnya dikumpulkan dalam botol, sebagian diamati dan diidentifikasi secara langsung melalui mikroskop, sebagian sampel diawetkan dalam buffer formalin. Identifikasi parasit dilakukan secara mikroskopis terhadap preparat segar dan preparat awetan berdasarkan Grabda (1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari ikan kerapu yang dibudidayakan di dalam keramba jaring apung di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB, parasit yang umum ditemukan menginfeksi ikan kerapu adalah dari klas Trematoda Monogenea yaitu; Neobenedenia, Diplectanum, dan Haliotrema.
Parasit Neobenedenia
Dari ikan kerapu yang direndam dengan air tawar selama 10-15 menit setelah diidentifikasi sesuai dengan metoda Grabda (1991) ditemukan parasit Neobenedenia (Gambar 1). Parasit ini termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Capsilidae. Monogenean Capsalid dikenal sebagai cacing kulit dan merupakan parasit eksternal yang paling umum pada budidaya ikan laut. Capsalid meliputi beberapa spesies dan mempunyai kesamaan morphologi yaitu berbentuk oval (lonjong) dan gepeng dengan sepasang sucker bulat (anterior sucker) pada tepi bagian depan dan sebuah haptor besar (opisthapthor) pada tepi bagian belakang. Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, telah ditemukan beberapa jenis Capsalid yang didapat dari induk ikan-ikan kerapu, ikan napoleon dan ikan kakap. Capsalid yang ditemukan pada ikan kerapu bebek telah diidentifikasi sebagai Neobenedenia girellae dan Benedenia epinepheli. Neobenedenia girellae mempunyai tingkat patogenisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Benedenia epinepheli, karena Neobenedenia girellae selain dapat menginfeksi kulit juga menyerang mata yang menyebabkan kebutaan. Ikan kerapu yang terinfeksi Neobenedenia girellae memperlihatkan gejala klinis; kehilangan nafsu makan, tingkah laku berenangnya lemah dan adanya perlukaan karena infeksi sekunder bakteri. Secara spesifik terlihat adanya mata putih keruh, yang menimbulkan kebutaan yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebaliknya jenis Capsalid yang lain tidak meyebabkan mata putih keruh pada ikan yang teinfeksi. Capsalid merupakan parasit yang tidak berwarna yang ada di permukaan badan ikan, sehingga sangat sulit untuk mengetahui adanya infeksi parasit. Untuk itu, merendamkan ikan beberapa menit dalam air tawar adalah cara yang sangat mudah untuk mengetahui adanya infeksi karena parasit akan segera berubah warna menjadi putih didalam air tawar tersebut. Upaya pengendalian terhadap infeksi parasit ini, dianjurkan merendam dalam air tawar selama 10-15 menit atau dalam H2O2 150 ppm selama 30 menit (Zafran et al., 1997; Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
Gambar 1. Parasit Neobedenia yang menginfeksi ikan kerapu
Parasit Diplectanum
Dari pengamatan secara mikroskopis terhadap sayatan segar lamella insang ikan kerapu menggunakan mikroskop, setelah diidentifikasi parasit pada insang ikan kerapu tersebut diketahui sebagai Diplectanum (Gambar 2). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae dan dikenal sebagai parasit Monogenetik trematoda insang. Parasit Diplectanum disebut juga cacing insang, merupakan parasit yang cukup berbahaya dan sering ditemukan pada ikan laut. Beberapa jenis parasit insang dapat menyebabkan kematian yang cukup serius pada ikan yang dibudidaya . Parasit Diplectanum mempunyai kekhasan yang membedakannya dari spesies lain dalam Ordo Dactylogyridea yaitu mempunyai squamodisc (satu di ventral dan satu di dorsal), dan sepasang jangkar yang terletak berjauhan (Zafran et al., 1997). Parasit Diplectanum adalah parasit yang hidup pada insang ikan. Ikan kerapu yang terinfeksi Diplectanum terlihat bernapas lebih cepat dengan tutup insang yang selalu terbuka. Infeksi Diplectanum mempunyai hubungan erat dengan penyakit sistemik seperti vibriosis. Insang yang terinfeksi biasanya berwarna pucat dan produksi lendirnya berlebihan (Chong & Chao, 1986). Ikan kerapu yang terinfeksi memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Warna insang ikan kerapu yang terinfeksi terlihat pucat. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
Parasit Haliotrema
Parasit ini termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae dan dikenal sebagai parasit Monogenetik trematoda insang. Parasit Haliotrema (Gambar 3) disebut juga cacing insang, merupakan parasit yang cukup berbahaya dan sering ditemukan pada ikan laut. Seperti parasit Diplectanum, parasit ini juga diidentifikasi dari preparat segar insang secara mikroskopis menggunakan mikroskop. Parasit ini dapat diidentifikasikan berdasarkan bentuk karakteristik morfologinya. Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, jenis Haliotrema sp., adalah salah satu jenis parasit insang penyebab kematian masal pada ikan kerapu bebek (Zafran et al., 1998). Ikan kerapu yang terinfeksi memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Warna insang ikan kerapu yang terinfeksi terlihat pucat. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
f
Gambar 3. Infeksi parasit Haliotrema pada filamen insang.
Siklus hidup parasit Monogenea, Neobenedenia, Diplectanum, dan Haliotrema adalah dengan menghasilkan telur yang dilengkapi dengan filamen panjang yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Dalam waktu sekitar lima hari telur akan matang dan menetas menghasilkan onkomirasidia yang mempunyai bulu getar dan berfungsi aktif sebagai alat renang untuk mencari inang. Kalau sudah menemukan inang maka silia tersebut akan hilang dan onkomirasidium akan berkembang jadi dewasa. Dari semua parasit yang ditemukan tersebut yang berbahaya terhadap ikan kerapu terutama adalah parasit insang Diplectanum dan Haliotrema. Parasit Neobenedenia bila terdapat dalam jumlah banyak dan menyerang mata dapat menimbulkan kebutaan dan akhirnya kematian (Zafran et al., 1997).
KESIMPULAN
Jenis parasit yang ditemukan menginfeksi ikan kerapu budidaya pada keramba jaring apung di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB adalah Neobenedenia, Diplectanum, dan Haliotrema.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2001. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Karamba Jaring Apung. (In) Aliah et al., (Eds) Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu, Jakarta, 28-29 Agustus 2001. Hal. 141-148.
Bondad-Reantaso, M.G., K. Ogawa, M. Fukudome, and H. Wakabayashi. 1995. Reproduction and Growth of Neobenedenia girellae (Monogenea: Capsalidae), a Skin Parasite of Cultured Marine Fishes of Japan. Fish Pathology, 30(3):227-231.
Chong, Y.C. and T.M. Chao. 1986. Common Diseases of Marine Foodfish. Fisheries Handbook No. 2. Primary Production Departement. Ministry of National Development. Republic of Singapore. 33p.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. Polish Scientific Publisher. Warsawa. 306p.
Koesharyani, I., D. Roza, K. Mahardika, F. Johnny, Zafran and K. Yuasa. 2001. Marine Fish and Crustaceans Diseases in Indonesia In Manual for Fish Diseases Diagnosis II (Ed. by K. Sugama, K. Hatai and T. Nakai). 49 p. Gondol Research Station for Coastal Fisheries, CRIFI and Japan International Cooperation Agency.
Leong, T.S. 1994. Parasites and Diseases of Cultured Marine Finfish in South East Asia. School of Biological Science. University Sains Malaysia. 25p.
Ogawa, K.M., M.G. Bondad-Reantaso, M. Fukudome and H. Wakabayashi. 1995. Neobenedenia girellae (Hargis, 1955) Yamaguti, 1963 (Monogenea: Capsalidae) From Cultured Marine Fishes of Japan. J. Parasitology. 81(2):223-227.
Subiyanto, I. Adisuko, S. Anwar, N. Yustiningsih, S. Prayitno, dan P. Sumardika. 2001. Pengkajian dan Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Nasional. (In) Aliah et al., (Eds) Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu, Jakarta, 28-29 Agustus 2001. Hal. 61-67.
Zafran, I. Koesharyani dan K. Yuasa. 1997. Parasit Pada Ikan Kerapu di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. III(4):16-23.
Zafran, D. Roza, I. Koesharyani, F. Johnny and K. Yuasa. 1998. Marine Fish and Crustaceans Diseases in Indonesia In Manual for Fish Diseases Diagnosis (Ed. by K. Sugama, H. Ikenoue and K. Hatai). 44 p. Gondol Research Station for Coastal Fisheries, CRIFI and Japan International Cooperation Agency.
DISKUSI
Pertanyaan:
1. Dimana penentuan jenis penyakit pada ikan kerapu bisa dianalisa?
2. Bagaimana mengatasi penyakit virus pada budidaya ikan kerapu dalam KJA
Tanggapan :
1. Untuk analisa penyakit bisa dilakukan di laboratorium BBRBP Gondol, BBAP Situbondo, dan Loka Budidaya Laut Gerupuk.
2. Virus belum ada obatnya sementara hanya pencegahan saja.
- VNN bisa di treat dengan OTC.
- Irridovirus belum terlihat di Ekas.
3. Usaha-usaha yang dilakukan
- Penerbitan leaflet tentang panduan pengendalian penyakit virus dengan bahasa yang mudah dipahami nelayan.
DI KERAMBA JARING APUNG TELUK EKAS,
KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA BARAT
Fris Johnny1) , Des Roza1) dan Prisdiminggo2)
1) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali PO BOX 140, Singaraja 81101, Bali
2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat PO BOX 1017 Mataram 87010 Mataram
ABSTRACT
The groupers cultured on net cages have developed at Ekas Bay, District Lombok Timur, NTB by Research Institute for Technology Agricultured NTB. Groupers culture as humpback grouper, Cromileptes altivelis, tiger grouper, Epinephelus fuscoguttatus, and orangespotted grouper, Epinephelus coioides. An experiment to identify some parasites that commonly infest on groupers has been conducted at net cage by Patology Laboratory of Institute Research for Mariculture, Gondol. Parasites were identified microscopically. Results showed that common parasites infest on groupers were Neobenedenia, Diplectanum and Haliotrema.
Keywords: parasitic diseases, groupers, net cage, Ekas Bay
ABSTRAK
Upaya budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung telah dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB di Teluk Ekas, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Ikan kerapu yang telah dibudidayakan adalah jenis ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus,dan ikan kerapu lumpur, Epinephelus coioides. Penelitian untuk mengetahui jenis parasit yang menginfeksi ikan kerapu di keramba jaring apung telah dilakukan di Laboratorium Patologi Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali. Sampel parasit diidentifikasi dengan pengamatan langsung secara mikroskopis terhadap preparat segar dari insang dan parasit yang diperoleh melalui perendaman ikan dalam air tawar. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa parasit yang menginfeksi ikan kerapu adalah Neobenedenia, Diplectanum dan Haliotrema.
Kata kunci: penyakit infeksi, parasit, ikan kerapu, keramba jaring apung, Teluk Ekas
PENDAHULUAN
Budidaya ikan kerapu pada beberapa lokasi di Indonesia semakin berkembang, terutama budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung (KJA). Hal ini disebabkan karena semakin tersedianya benih secara teratur, baik dalam jumlah maupun ukuran. Panti benih di Gondol, Bali bagian utara telah semakin berkembang dan mampu menjamin pasokan benih. Pada awalnya benih ikan kerapu sangat mengandalkan pasokan alam yang jumlahnya sangat terbatas dan waktu pasok yang tidak menentu. Karena itu pemerintah mendorong segala upaya yang mengarah kepada kegiatan budidaya ikan kerapu khususnya melalui jaring apung di laut (Subiyanto et al., 2001).
Usaha budidaya laut merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan alternatif sumber penghasilan untuk meningkatkan pendapatan bagi nelayan. Apabila usaha budidaya berkembang, maka produksi ikan dapat ditingkatkan baik jumlah maupun mutunya. Dampak lebih lanjut dari usaha ini adalah kesejahteraan masyarakat nelayan mengalami peningkatan (Akbar, 2001).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, NTB telah mencoba mengembangkan keramba jaring apung di Teluk Ekas, Desa Batunampar, Lombok Timur, NTB. Usaha budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung yang dikembangkan adalah jenis ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus, dan ikan kerapu Lumpur, Epinephelus coioides. Pengembangan usaha budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung mempunyai kelebihan antara lain rendahnya biaya operasional dibandingkan dengan nilai ekonomi yang dihasilkan serta teknologi budidayanya yang relatif sederhana dan mudah diadaptasikan di masyarakat petani nelayan secara luas.
Salah satu permasalahan yang timbul pada budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung adalah terjadinya penyakit. Kematian ikan kerapu di keramba jaring apung dan induk ikan kerapu di panti benih merupakan kendala yang sering dihadapi. Pada ikan kerapu yang mati biasanya banyak ditemukan parasit, baik pada insang, kulit, maupun mata. Ikan kerapu yang dibudidayakan pada keramba jaring apung pada kondisi kepadatan tinggi, dan jaring kotor serta jarang diganti dan dibersihkan, memacu kecepatan perkembangbiakan organisme parasit dan penyakit sehingga dapat merugikan inang, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Leong (1994) melaporkan infeksi parasit pada ikan kerapu dan ikan kakap telah dilaporkan oleh di Malaysia dari spesies Benedenia. Di Indonesia infeksi oleh parasit Benedenia, Neobedenia, Diplectanum, Pseudorhabdosynochus, Haliotrema, Trichodina, Lepeophtheirus, dan Cryptocaryon irritans pada ikan kerapu dilaporkan Zafran et al. (1997). Dari pengamatan parasit pada ikan kerapu di Gondol, Neobedenia lebih dominan dibanding Benedenia dan ukurannyapun terlihat lebih besar (Zafran et al., 1997). Parasit Neobedenia girellae ditemukan di Jepang pertama kali pada tahun 1991, parasit ini sekarang termasuk patogen yang penting di Jepang, sebab dapat mematikan inang, tingkat spesifik inang yang rendah, dan tersebar luas (Ogawa et al., 1995). Parasit ini terutama ditemukan di daerah tropis (Bondad-Reantaso et al., 1995). Parasit Diplectanum dilaporkan menyerang ikan laut budidaya pada keramba jaring apung di Singapura, dan parasit Haliotrema menginfeksi ikan kakap, Lutjanus johni (Leong, 1994).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang menginfeksi ikan kerapu di keramba jaring apung.
METODE
Ikan Uji
Ikan uji adalah ikan kerapu yang dibudidayakan di dalam keramba jaring apung di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB. Jenis ikan kerapu yang diuji yaitu; ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis, ikan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus, dan ikan kerapu Lumpur, Epinephelus coioides dengan bobot antara 80 – 240 gram.
Identifikasi Parasit
Pertama, dilakukan pemotongan sedikit lamella insang, diletakkan pada kaca slide dan diamati serta diidentifikasi secara langsung dengan menggunakan mikroskop. Kedua, sampel parasit diperoleh dengan cara merendam ikan kerapu dalam air tawar selama 10-15 menit sampai parasit yang menempel pada ikan terlepas. Parasit yang terlepas selanjutnya dikumpulkan dalam botol, sebagian diamati dan diidentifikasi secara langsung melalui mikroskop, sebagian sampel diawetkan dalam buffer formalin. Identifikasi parasit dilakukan secara mikroskopis terhadap preparat segar dan preparat awetan berdasarkan Grabda (1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari ikan kerapu yang dibudidayakan di dalam keramba jaring apung di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB, parasit yang umum ditemukan menginfeksi ikan kerapu adalah dari klas Trematoda Monogenea yaitu; Neobenedenia, Diplectanum, dan Haliotrema.
Parasit Neobenedenia
Dari ikan kerapu yang direndam dengan air tawar selama 10-15 menit setelah diidentifikasi sesuai dengan metoda Grabda (1991) ditemukan parasit Neobenedenia (Gambar 1). Parasit ini termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Capsilidae. Monogenean Capsalid dikenal sebagai cacing kulit dan merupakan parasit eksternal yang paling umum pada budidaya ikan laut. Capsalid meliputi beberapa spesies dan mempunyai kesamaan morphologi yaitu berbentuk oval (lonjong) dan gepeng dengan sepasang sucker bulat (anterior sucker) pada tepi bagian depan dan sebuah haptor besar (opisthapthor) pada tepi bagian belakang. Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, telah ditemukan beberapa jenis Capsalid yang didapat dari induk ikan-ikan kerapu, ikan napoleon dan ikan kakap. Capsalid yang ditemukan pada ikan kerapu bebek telah diidentifikasi sebagai Neobenedenia girellae dan Benedenia epinepheli. Neobenedenia girellae mempunyai tingkat patogenisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Benedenia epinepheli, karena Neobenedenia girellae selain dapat menginfeksi kulit juga menyerang mata yang menyebabkan kebutaan. Ikan kerapu yang terinfeksi Neobenedenia girellae memperlihatkan gejala klinis; kehilangan nafsu makan, tingkah laku berenangnya lemah dan adanya perlukaan karena infeksi sekunder bakteri. Secara spesifik terlihat adanya mata putih keruh, yang menimbulkan kebutaan yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebaliknya jenis Capsalid yang lain tidak meyebabkan mata putih keruh pada ikan yang teinfeksi. Capsalid merupakan parasit yang tidak berwarna yang ada di permukaan badan ikan, sehingga sangat sulit untuk mengetahui adanya infeksi parasit. Untuk itu, merendamkan ikan beberapa menit dalam air tawar adalah cara yang sangat mudah untuk mengetahui adanya infeksi karena parasit akan segera berubah warna menjadi putih didalam air tawar tersebut. Upaya pengendalian terhadap infeksi parasit ini, dianjurkan merendam dalam air tawar selama 10-15 menit atau dalam H2O2 150 ppm selama 30 menit (Zafran et al., 1997; Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
Gambar 1. Parasit Neobedenia yang menginfeksi ikan kerapu
Parasit Diplectanum
Dari pengamatan secara mikroskopis terhadap sayatan segar lamella insang ikan kerapu menggunakan mikroskop, setelah diidentifikasi parasit pada insang ikan kerapu tersebut diketahui sebagai Diplectanum (Gambar 2). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae dan dikenal sebagai parasit Monogenetik trematoda insang. Parasit Diplectanum disebut juga cacing insang, merupakan parasit yang cukup berbahaya dan sering ditemukan pada ikan laut. Beberapa jenis parasit insang dapat menyebabkan kematian yang cukup serius pada ikan yang dibudidaya . Parasit Diplectanum mempunyai kekhasan yang membedakannya dari spesies lain dalam Ordo Dactylogyridea yaitu mempunyai squamodisc (satu di ventral dan satu di dorsal), dan sepasang jangkar yang terletak berjauhan (Zafran et al., 1997). Parasit Diplectanum adalah parasit yang hidup pada insang ikan. Ikan kerapu yang terinfeksi Diplectanum terlihat bernapas lebih cepat dengan tutup insang yang selalu terbuka. Infeksi Diplectanum mempunyai hubungan erat dengan penyakit sistemik seperti vibriosis. Insang yang terinfeksi biasanya berwarna pucat dan produksi lendirnya berlebihan (Chong & Chao, 1986). Ikan kerapu yang terinfeksi memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Warna insang ikan kerapu yang terinfeksi terlihat pucat. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
Parasit Haliotrema
Parasit ini termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae dan dikenal sebagai parasit Monogenetik trematoda insang. Parasit Haliotrema (Gambar 3) disebut juga cacing insang, merupakan parasit yang cukup berbahaya dan sering ditemukan pada ikan laut. Seperti parasit Diplectanum, parasit ini juga diidentifikasi dari preparat segar insang secara mikroskopis menggunakan mikroskop. Parasit ini dapat diidentifikasikan berdasarkan bentuk karakteristik morfologinya. Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, jenis Haliotrema sp., adalah salah satu jenis parasit insang penyebab kematian masal pada ikan kerapu bebek (Zafran et al., 1998). Ikan kerapu yang terinfeksi memperlihatkan gejala klinis; menurunnya nafsu makan, tingkah laku berenang yang abnormal pada permukaan air, warna tubuh berubah menjadi pucat. Serangan berat dari parasit ini dapat merusak filamen insang dan kadang-kadang dapat menimbulkan kematian karena adanya gangguan pernapasan. Warna insang ikan kerapu yang terinfeksi terlihat pucat. Upaya pengendaliannya dapat dilakukan dengan perendaman 250 ppm formalin selama 1 jam atau perendaman dalam air laut salinitas tinggi yaitu 60 ppt selama 15 menit (Zafran et al., 1998; Koesharyani et al., 2001).
f
Gambar 3. Infeksi parasit Haliotrema pada filamen insang.
Siklus hidup parasit Monogenea, Neobenedenia, Diplectanum, dan Haliotrema adalah dengan menghasilkan telur yang dilengkapi dengan filamen panjang yang berfungsi untuk menempel pada substrat. Dalam waktu sekitar lima hari telur akan matang dan menetas menghasilkan onkomirasidia yang mempunyai bulu getar dan berfungsi aktif sebagai alat renang untuk mencari inang. Kalau sudah menemukan inang maka silia tersebut akan hilang dan onkomirasidium akan berkembang jadi dewasa. Dari semua parasit yang ditemukan tersebut yang berbahaya terhadap ikan kerapu terutama adalah parasit insang Diplectanum dan Haliotrema. Parasit Neobenedenia bila terdapat dalam jumlah banyak dan menyerang mata dapat menimbulkan kebutaan dan akhirnya kematian (Zafran et al., 1997).
KESIMPULAN
Jenis parasit yang ditemukan menginfeksi ikan kerapu budidaya pada keramba jaring apung di Teluk Ekas, Lombok Timur, NTB adalah Neobenedenia, Diplectanum, dan Haliotrema.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. 2001. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Karamba Jaring Apung. (In) Aliah et al., (Eds) Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu, Jakarta, 28-29 Agustus 2001. Hal. 141-148.
Bondad-Reantaso, M.G., K. Ogawa, M. Fukudome, and H. Wakabayashi. 1995. Reproduction and Growth of Neobenedenia girellae (Monogenea: Capsalidae), a Skin Parasite of Cultured Marine Fishes of Japan. Fish Pathology, 30(3):227-231.
Chong, Y.C. and T.M. Chao. 1986. Common Diseases of Marine Foodfish. Fisheries Handbook No. 2. Primary Production Departement. Ministry of National Development. Republic of Singapore. 33p.
Grabda, J. 1991. Marine Fish Parasitology. Polish Scientific Publisher. Warsawa. 306p.
Koesharyani, I., D. Roza, K. Mahardika, F. Johnny, Zafran and K. Yuasa. 2001. Marine Fish and Crustaceans Diseases in Indonesia In Manual for Fish Diseases Diagnosis II (Ed. by K. Sugama, K. Hatai and T. Nakai). 49 p. Gondol Research Station for Coastal Fisheries, CRIFI and Japan International Cooperation Agency.
Leong, T.S. 1994. Parasites and Diseases of Cultured Marine Finfish in South East Asia. School of Biological Science. University Sains Malaysia. 25p.
Ogawa, K.M., M.G. Bondad-Reantaso, M. Fukudome and H. Wakabayashi. 1995. Neobenedenia girellae (Hargis, 1955) Yamaguti, 1963 (Monogenea: Capsalidae) From Cultured Marine Fishes of Japan. J. Parasitology. 81(2):223-227.
Subiyanto, I. Adisuko, S. Anwar, N. Yustiningsih, S. Prayitno, dan P. Sumardika. 2001. Pengkajian dan Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Nasional. (In) Aliah et al., (Eds) Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu, Jakarta, 28-29 Agustus 2001. Hal. 61-67.
Zafran, I. Koesharyani dan K. Yuasa. 1997. Parasit Pada Ikan Kerapu di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. III(4):16-23.
Zafran, D. Roza, I. Koesharyani, F. Johnny and K. Yuasa. 1998. Marine Fish and Crustaceans Diseases in Indonesia In Manual for Fish Diseases Diagnosis (Ed. by K. Sugama, H. Ikenoue and K. Hatai). 44 p. Gondol Research Station for Coastal Fisheries, CRIFI and Japan International Cooperation Agency.
DISKUSI
Pertanyaan:
1. Dimana penentuan jenis penyakit pada ikan kerapu bisa dianalisa?
2. Bagaimana mengatasi penyakit virus pada budidaya ikan kerapu dalam KJA
Tanggapan :
1. Untuk analisa penyakit bisa dilakukan di laboratorium BBRBP Gondol, BBAP Situbondo, dan Loka Budidaya Laut Gerupuk.
2. Virus belum ada obatnya sementara hanya pencegahan saja.
- VNN bisa di treat dengan OTC.
- Irridovirus belum terlihat di Ekas.
3. Usaha-usaha yang dilakukan
- Penerbitan leaflet tentang panduan pengendalian penyakit virus dengan bahasa yang mudah dipahami nelayan.
Belum ada Komentar untuk " "
Posting Komentar